Di suatu negeri terjadi krisis yang luar biasa di berbagai bidang kehidupan. Melihat kondisi itu, seorang calon pemimpin resah. Ia datang kepada Tuhan untuk berkeluh kesah. Ia berkata, “Negeri kami sedang mengalami krisis, Tuhan. Banyak partai berebut kekuasaan.”
Tuhan mendengarkan keluh kesahnya. Lalu Tuhan bertanya kepadanya, “Dan para pemimpin politik menjual pengaruh?”Calon pemimpin itu menjawab dengan mantap, “Ya. Bahkan untuk menarik massa, mereka saling menjatuhkan.”
Tuhan menjawab, “Itu biasa!”
Calon pemimpin itu berkata, “Tetapi tampaknya akan sangat berbahaya!”
Tuhan menjawab, “Manusia selalu saja berambisi membangun kekuasaan tertinggi! Bahkan mereka hampir tidak mengenal Aku, karena begitu yakin akan kemampuan mereka sendiri!”
Dengan nada kecewa, Tuhan mengakhiri dialog doa itu, “Mereka baru datang padaKu ketika menyadari posisi mereka sedang lemah.”
Membangun relasi dengan Tuhan bukan saja dilakukan di saat-saat kita mengalami kesulitan atau berada dalam situasi terjepit. Mengapa? Karena Tuhan selalu ingin dekat dengan kita. Tuhan selalu ingin membangun relasi yang lebih dekat dengan manusia. Tuhan ingin agar manusia mengalami suatu suasana yang membahagiakan dalam hidup ini.
Tuhan yang kita imani itu Tuhan yang ingin selalu terlibat dalam suka dan duka hidup manusia. Dalam sejarah pengalaman umat manusia, hal ini sungguh-sungguh terjadi. Nabi Musa, misalnya, mengalami penyertaan Tuhan dalam seluruh hidupnya. Ketika ia mengalami kesulitan dari Firaun, Tuhan membantunya. Dengan berbagai cara Tuhan melibatkan diri dalam pekerjaan Nabi Musa itu. Tuhan membantunya dengan menurunkan tulah-tulah yang mengganggu kehidupan Firaun dan rakyat Mesir.
Atau ketika umat Israel berada di padang guru, Tuhan juga membantu mereka dengan memberi mereka air dan roti dari surga. Tuhan begitu baik. Tuhan tidak melukai hati manusia, bahkan ketika manusia tidak setia kepadaNya.
Seringkali kita kurang menyadari kasih setia Tuhan ini. Kita baru menyadarinya ketika kita berada dalam kegelapan hidup ini. Padahal Tuhan ingin membahagiakan kita. Kisah di atas menjadi salah satu contoh bagaimana dalam suasana krisis baru manusia datang kepada Tuhan. Padahal Tuhan ingin agar kita senantiasa membangun relasi yang baik dengan Tuhan.
Sebagai orang beriman, kita ingin agar setiap langkah hidup kita merupakan cerminan kedekatan kita dengan Tuhan. Kita mau membangun hidup yang lebih baik. Kita ingin membangun relasi yang lebih baik, kapanpun dan di mana pun dengan Tuhan.
Untuk itu, orang beriman mesti berani merendahkan diri di hadapan Tuhan. Orang beriman mesti berani mengosongkan dirinya, agar Tuhan dapat masuk dan tinggal di dalam dirinya. Kesombongan hanya membuat relasi manusia dengan Tuhan menjadi jauh. Mari kita sadari kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan memberkati.
Keterangan foto: Cinta tak ada batasnya, Ilustrasi dari freeforumzone.leonardo.it
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.