WEETEBULA – Sebagai rangkaian perayaan 50 tahun Seminari Sinar Buana, diadakanlah seminar nasional “Peran Gereja Memerangi Hoax” dan pelatihan menulis bagi para seminarisnya. Bertempat di Wisma UNIO, 30 seminaris tingkat SMP dan SMA belajar jurnalistik dari Kamis (23/3) sampai siang ini. Setelah belajar ilmu menulis dengan Tim Indonesia Menulis, mereka belajar ilmu web dan penulisan materi web bersama Gabriel Abdi Susanto, wartawan.
Dalam sesi pengantarnya, Abdi berbicara mengenai jurnalistik daring (online). Ada beberapa kiat untuk menulis di media daring secara praktis:
- Gunakan format piramida terbalik. “Informasi yang paling penting diletakkan lebih dulu, baru mengikuti informasi yang kurang penting,” kata Abdi.
- Pendek. Berita daring tidak perlu panjang-panjang. Pembaca daring cenderung kepada berita yang singkat, padat, dan jelas.
- Sesuai fakta. Bukan hanya di jurnalistik online, menulis sesuai fakta adalah kewajiban. “Bilamana tidak sesuai, itu namanya fiktif,” ujar Abdi. Beliau menyarankan, sebuah wawancara atau peristiwa bisa direkam dan dicatat seluruh informasi pentingnya, barulah nanti bisa dipakai untuk menulis berita.
- Kredibilitas narasumber. “Seorang yang sekolah keperawatan tentu tidak cocok menjadi narasumber untuk isu politik. Harus dicari yang memang ahli di bidangnya,” jelas Abdi.
- Kohesivitas. Ada keterpaduan antara kalimat pertama dan kalimat kedua dst. pada berita. Caranya: sebuah kalimat setelahnya, menjelaskan kalimat sebelumnya.
Kemudian, peserta diajak mempraktikkan materi yang dibagikan. Nantinya, pembekalan ini diharapkan bermanfaat untuk penyusunan mading di Seminari Sinar Buana.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.