Beranda Jendela Alkitab Harian Semangat Memurnikan Jiwa, Sabtu 16 Agustus 2014

Semangat Memurnikan Jiwa, Sabtu 16 Agustus 2014

Ilustrasi: Musafir (foto diambil dari mrdean91.blogspot.com)

Perjalanan sebagai seorang pertapa, yang selalu meminta-minta, tidak menjawab kehausan dirinya. Kepada sahabatnya, ia berkata, “Teman, saya akan meninggalkan jalan para samana yang telah lama kita lalui bersama.

Ungkapan ini seakan-akan memutus jantung sahabat setianya itu. Sudah lama mereka berteman. Sudah lama mereka bepergian bersama. Sudah begitu lama mereka hidup bersama. Temannya itu bertanya, “Apa yang masih akan kaucari?

Pertapa itu menjawab, “Tahun demi tahun aku bertanya pada para bijak. Tidak jarang aku bertanya kepada Tuhan. Di depanku tampak sebuah pengetahuan.

Kemudian ia menyanyikan sebuah syair bagi sahabatnya. “Ia yang semangat murninya terpantul ke dalam jiwa, mengetahui kebahagiaan yang tak terkatakan melalui ucapan.

Hidup manusia itu mesti memantulkan kemurnian jiwanya. Namun kemurnian jiwa itu tidak dicapai dalam waktu yang singkat. Seperti emas, kemurnian jiwa itu mesti diuji dalam api yang membara. Artinya, medan kehidupan sehari-hari itu menjadi ujian suatu jiwa yang murni.

Apa maknanya kalau seseorang memiliki hati yang murni dalam hidupnya? Maknanya adalah orang tersebut melihat setiap persoalan secara bening. Orang tidak mudah dikaburkan oleh hal-hal yang membawa orang kepada ambisi untuk menguasai hidup orang lain. Godaan untuk menguasai hidup orang lain begitu kuat. Orang sering terjebak oleh hal seperti ini.

Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Salah satu faktor yang kuat adalah uang. Uang begitu menggoda manusia. Setiap orang berusaha untuk menguasai uang. Dengan uang yang banyak, orang dapat melakukan apa saja. Bukan hal-hal baik saja bisa dilakukan dengan uang yang banyak itu.

Kita menyaksikan dalam hidup kita sehari-hari begitu banyak orang menyalahgunakan uang. Orang dapat menggunakan uang untuk menguasai orang lain. Uang dapat digunakan untuk mempengaruhi massa dalam suatu acara tertentu. Tentu saja hal ini sangat berbahaya bagi kehidupan. Perhatian orang mudah sekali diarahkan kepada uang.

Sebagai orang beriman, kita mesti memiliki kesadaran bahwa uang atau harta kekayaan yang kita miliki itu sarana untuk menunjang kebahagiaan hidup. Kita butuh harta kekayaan atau uang untuk hidup. Namun jaminan kita yang utama bukan harta atau uang itu. Jaminan kita yang utama adalah Tuhan yang mampu memberikan kebahagiaan sempurna bagi hidup kita.

Tuhan begitu baik. Tuhan tidak pernah menyakiti hati kita. Karena itu, bersandar pada Tuhan merupakan satu-satunya jalan yang harus kita tempuh. Mengandalkan Tuhan dalam hidup ini merupakan cara yang terbaik bagi kita untuk memurnikan jiwa kita. Proses pemurnian jiwa itu mesti bersumber dari Tuhan sendiri. Karena itu, mari kita berusaha untuk senantiasa memurnikan jiwa kita dalam perjalanan hidup kita.

Ilustrasi: Musafir (foto diambil dari mrdean91.blogspot.com)