MIRIFICA.NET – Penuh sukacita! Dua kata ini paling pas menggambarkan suasana atau lebih tepat disebut eforia selebrasi pembukaan IYD III Palembang, Senin (26/6).
Eforia penuh sukacita orang muda Katolik yang datang dari seluruh wilayah tanah air ini sudah terasa sejak defile dimulai.
Dengan mengenakan busana khas daerah masing-masing menjadikan acara pembukaan ini penuh warna sekaligus menggambarkan keragaman dan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Defile yang dimulai dari titik start di dining hall di areal Wiswa Atlet di Jakabaring Sport City Palembang, itu masing-masing kontingen menampilkan kekhasan budaya daerahnya.
Dari Keuskupan Denpasar misalnya, peserta defile diiringi oleh bleganjur, musik gamelan khas pulau dewata.
Demikian pula Keuskupan lainnya dengan kakhsan budayanya masing-masing mengiringi sepanjang perjalanan, bahkan tiada hentinya para peserta meneriakan yel-yel atau nyanyian asal daerahnya.
Defile dengan berjalan kaki dari dining hall menuju GOR Dempo, tempat acara pembukaan (opening ceremony), berjarak sekitar 500 meter.
Begitu memasuki areal GOR Dempo, suasana sukacita itu semakin meningkat. Ratusan umat maupun tamu undangan yang telah menempati kursi-kursi di bawah tenda sekitar GOR itu menyambut para peserta dengan riang gembira. Bahkan tidak sedikit yang mencuri kesempatan untuk berfoto dengan kontingen yang lewat hendak memasuki GOR Dempo.
Setiap kontingen yang masuk ruangan GOR pun disambut dengan sorak sorai oleh peserta lainnya yang telah lebih dulu tiba di sana.
Ekaristi Pembuka
Ketika seluruh kontingen peserta memasuki GOR, acara berikutnya adalah perayaaan Ekaristi pembuka.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Agung Palembang Mgr. Yohanes Harun Yuwono, selalu Uskup tuan rumah.
Ada belasan Uskup lainnya, di antaranya Ketua Presidium KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC dan Ketua Komisi Kepemudaan KWI Mgr. Pius Riana Pradi, yang turut hadir dan menjadi Konselebran dalam misa meriah tersebut.
Ratusan imam yang datang sebagai mendamping peserta dari berbagai daerah di Indonesia turut serta dalam misa konselebrasi itu.
Selepas perayaan Ekaristi, istrahat sejenak untuk makan malam. Acara dilanjutkan dengan opening ceremony.
Dibuka dengan sebuah tarian khas Bumi Sriwijaya, dilanjutkan drama kolosal yang mengisahkan tentang Maria yang menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel dan bergegas mengunjugi Elisabeth saudarinya.
Drama kolosal yang artistik itu mencuri perhatian dan mengundang decak kagum peserta dan tamu undangan yang hadir. Sesekali aplaus meriah bergemuruh dalam ruangan GOR Dempo.
Selanjutnya tarian nusantara dari Sabang sampai Merauke secara medley dipentaskan. Tarian dari daerah nusantara ini pun sungguh memantik kekaguman semua yang hadir.
Dilanjutkan dengan theme song IYD III Palembang yang tentu saja membakar semangat seluruh peserta.
Eforia seluruh peserta sungguh terasa saat ini, walau kelelahan menghinggap mereka karena ruangan yang cukup panas. Namun semuanya tidak menyurutkan semangat kaum muda ini untuk bergoyang, berjingkrak mengikuti irama lagu dengan gerakan (animasi) yang telah mereka kuasai.
Acara demi acara dilalui dengan menarik dan penuh semangat. Kendati suhu ruangan cukup panas, ternyata tidak membuat peserta bergeser dari tempat duduknya. Mereka larut dan suasana sukacita yang penuh persaudaraan.
Penampilan seni budaya yang mengisi acara opening ceremony itu dipersembahkan oleh gabungan pelajar SMP, SMA dan mahasiswa dari Universitas Katolik di Palembang.
Spektakuler
Lalu bagaimana tanggapan peserta atas acara pembukaan pertemuan akbar lima tahunan OMK Indonesia ini?
Natalis dari Keuskupan Agats (Papua), mengungkapkan rasa sukacitanya dan menilai acara semalam sangat spektakuler.
“Sangat meriah, luar biasa. Ini sangat spektakuler,” katanya.
Bagi Natalis, acara selebrasi ini tidak hanya sekedar eforia, tetap memiliki makna bagi dirinya. Dia mengatakan, sebagai orang muda dirinya seakan diingatkan bahwa wajib baginya untuk melayani Tuhan dengan penuh semangat dan energin seperti semangat yang terjadi dalam ruangan opening ceremony.
Iren, dari Keuskupan Malang (Jawa Timur) juga merasakan suasana sukacita dan penuh persaudaraan.
“Ramai sekali, walau sempat sesak karena terlalu banyak orang dengan suhu ruangan yang cukup panas, tapi saya sungguh menikmati kebersamaan ini,” kata gadis kelahiran Jember, Jawa Timur itu.
Sama seperti Natalis, Iren juga memetik makna dan nilai yang berharga dari acara ini.
“Ada semangat, energik, penampilan para pengisi acara yang bagus dan keren, semuanya menggambarkan identitas orang muda yang perlu terus bersemangat dan energik dalam melayan maupun menjalani hidup,” katanya.
Hari kedua ini para peserta memasuki kegiatan shering dan sebagian lainnya melakukan outing ke komunitas-komunitas lintas agama ***Hironimus Adil
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.
