“Bukankah hanya sedikit waktu lagi, Libanon akan berubah menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan?” (Yes 29, 17)
SETIAP orang tahu bahwa dalam satu hari ada 24 jam. Setiap orang hidup dan beraktivitas dalam rentang waktu yang sama setiap harinya.
Namun demikian, banyak orang sering merasa bahwa mereka hanya mempunyai waktu yang sedikit, sehingga dirinya selalu terbutu-buru dan cepat-cepat dalam banyak hal; banyak hal masih tertunda dan pekerjaan rumah belum terselesaikan; beberapa acara terpaksa dibatalkan dan beberapa undangan tidak dihadiri.
Waktunya sedikit, bahkan nyaris tidak ada lagi. Kesempatan untuk duduk, santai, dan istirahat tidak ada lagi. Pertemuan lingkungan atau komunitas pun selalu absen. Usulan untuk menjadi pengurus Dewan Paroki pun ditolaknya. Waktunya tidak ada lagi.
Bagi banyak orang, waktu sungguh berharga, sehingga disebut ‘waktu adalah uang’. Sedikit banyaknya waktu akhirnya tidak lagi diukur dengan jumlah jam selama satu hari, tetapi oleh dinamika kehidupan setiap orang yang berbeda satu dengan yang lain.
Banyak orang sadar bahwa waktunya singkat atau sedikit, khususnya waktu kehidupan seseorang, sehingga ada ungkapan, “Urip iku mung mampir ngombe.” Kesadaran ini membuat banyak orang tertantang untuk memberikan arti atau makna bagi hidupnya dengan berbagai cara, seperti hidup baik dan benar.
Cara yang lain adalah dengan pertobatan atau pembaharuan hidup, seperti halnya perubahan Lebanon menjadi kebun buah.
Bendera Lebanon ada gambarnya kayu aras. Ini merupakan kayu tinggi dan besar, yang banyak tumbuh dai daerah ini. Kayu yang menjadi gambaran ‘kesombongan’ manusia, yang sering merasa tinggi dan besar dibandingkan dengan orang lain.
Kesombongan hidup inilah yang perlu diubah menjadi kerendahan hati, seperti digambarkan dengan kebun sayur. Sayuran biasanya tidak mempunyai batang yang besar dan tinggi, tetapi kecil, pendek dan selalu siap dipotong. Sedikit waktu lagi, pemulihan kehidupan akan terjadi.
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.