TEKNOLOGI informasi dan komunikasi boleh saja maju dan membuat kita yang jauh makin dekat meski dalam dunia maya. Ledakan (perkembangan teknologi komunikasi) ini adalah keniscayaan yang tidak bisa dibendung. Komunikasi insani verbal tidak ternafikan.
Meski begitu “Komunikasi face to face tidak bisa digantikan. Menurut saya isi tetaplah rajanya sementara teknologi adalah ratunya,” ujar Pakar Komunikasi sekaligus CEO Suara Surabaya Grup Errol Jonathans dalam seminar bertajuk “Komunikasi: Budaya Perjumpaaan yang Sejati” pada Pekan Komunikasi Sosial sedunia ke -48 di Keuskupan Weetebula, Sumba, NTT, Sabtu (31/5/2014).
Errol memberi contoh yang dialaminya selama 3 tahun ini. Setiap hari seorang romo selalu mengiriminya pesan singkat berupa renungan lewat Blacberry Messenger. Tentu, alat-alat ini menjadi bermanfaat karena isinya yang bermakna.
Bahkan kini sebuah aplikasi kitab suci bisa diunduh di ponsel pintar sehingga kita bisa dengan mudah membaca kitab suci kapan saja dan di mana saja.
“Kita juga bisa membagikan, dan memosting ayat-ayat indah di kitab suci kepada teman, dan saudara kita dengan mudahnya. Dalam dunia Komsos, sarana-sarana ini akan menjadi medium yang sangat potensial untuk dipergunakan. Semua bisa dipergunakan,” ujar Errol.
Jadi butuh sikap yang cerdas agar ponsel menjadi barang yang benar-benar membantu manusia bermartabat.
Tergantung media
Menurut Errol, kita perlu menyadari bahwa tiap media memiliki plus minus sesuai zamannya. Efektivitas media berkorelasi dengan target khalayaknya.
Untuk menjangkau orang di pedalaman yang tidak memiliki akses internet tentu tidak bisa memakai media internet. Jadi, pemilihan medium tergantung format media.
Jika memang lebih bagus menggunakan visual atau gambar kita pakai media televisi. Namun jika suara lebih penting daripada visual akan lebih baik menggunakan media radio. Atau jika teks lebih baik daripada suara makan Koran/media cetak menjadi pilihan yang lebih tepat.
Media baru tidak otomatis mengungguli media lama. Teknologi komunikasi memang akan memengaruhi budaya kita.
Errol menutup seminar dengan mengutip pernyataan seorang kapitalis ventura, wirausahawan, dan mantan pegawai Apple Guy Kawasaki yang menyebutkan “Gunakan alat digital untuk membuat produk dan jasa yang hebat tapi jangan kehilangan pandangan akan fakta bahwa tujuan inovasi bukanlah pada produk dan teknologi yang keren namun pada khalayak yang bahagia. Khalayak yang bahagia merupakan tujuan analog.”
Jadi, kata Errol, teknologi harus dipakai karena praktis dan murah, tapi tatap muka adalah relasi yang paling humanis.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI