Beranda OPINI Editorial Sebelum Bencana Tiba

Sebelum Bencana Tiba

DINAMIKA pemilukada serentak 2017 nanti kian menyuguhkan persaingan keras antar kandidat dan kelompok pendukung. Saling serang lewat kata-kata sindiran pedas dengan gampang dilontarkan begitu saja hingga menyebabkan tensi politik di tanah air kian memanas.

Orang pun mulai bertanya, apa makna sesungguhnya dari pemilukada itu. Jika pemilukada hanya dimaknai sebagai sebuah momentum perebutan kekuasaan, maka betapa naifnya bangsa ini.

Pada titik ini, sebuah dialog singkat antara Socrates dan Glaucon tentang Pemilihan Umum, mengingatkan kita akan makna sesungguhnya dari pemilihan umum itu. Bahwa bonnum commune atau kebaikan bersama, itulah tujuan hendak dicapai melalui pemilihan umum.

Glaucon: Jadi ternyata anda masih ada, Socrates. Saya sudah mencari anda sepanjang hari. Saya harus memberitahu kepada anda bahwa saya  begitu kaget ketika teman-teman memberitahuku kalau anda ada di sini, di kota Delphi. Hari ini semua orang sedang bersiap-siap untuk mengikuti pemilihan umum di kota. Sesungguhnya apa yang menjadi inti dari pemilihan umum ini?

Socrates: Baiklah, sahabat mudaku, baru saja saya ke Delphi, tapi itu sama sekali tidak bermaksud menunjukkan diri saya sebagai seorang nabi atau seorang penyelamat. Saya belum punya pandangan apa-apa soal itu. Tapi,saya pikir, saya harus menunggu sebuah tanda dari dewa. Barangkali anda sendiri adalah tanda itu.

Glaucon: Tapi anda sekarang berada di sini, di tengah-tengah pegunungan dan kuil suci ini. Sementara seluruh kota sedang dalam kekacauan.

Socrates: Dan anda mengira satu-satunya cara yang wajib saya lakukan untuk kota adalah dengan hadir dan bergabung dalam keriuhan mereka?

Glaucon: Anda ini membingungkan saya. Cara yang sering anda tempuh,Socrates. Setiap orang mengatakan bahwa pemilu adalah hal paling penting dalam kehidupan politik, dan bahwa setiap warga harus terlibat. Anda telah mengakui, bahwa ada banyak hal yang dipertaruhkan di sana, bahkan pertaruhan nyawa, hidup dan mati.

Socrates: Ya, saya sependapat dengan anda, dan saya berdoa semoga itu tidak terjadi. Tentang hal-hal yang harus dipertaruhkan, oh, Glaucon muda. Bayangkan, kota ini sedang menghancurkan dirinya sendiri dengan mengabaikan generasi mudanya dan kaum tua disingkirkan. Belum pernah ada sebuah kota yang begitu meremehkan masa lalunya dan menggampangkan masa depannya.

Glaucon: Lalu mengapa anda berada di sini dan bukannya di kota Delphi untuk melakukan hal terbaik di sana,misalnya dengan membujuk warga kota?

Socrates: Saya telah melakukan hal hal tertentu selama perjalanan hidup saya. Tetapi beberapa persoalan terkini lebih pada pertikaian antar faksi. Sementara itu, pilihan warga kota terbelah antara memilih calon yang satu atau calon lainnya. Sejauh saya sebagai orang tua, itu yang saya tahu dan dapat saya sampaikan, Glaucon tercinta. Para politisi akan mengatakan kepada warga kota tentang pemilihan umum. Beberapa politisi lainnya mengatakan apa yang akan mereka lakukan untuk mempertahankan kekuasaannya. Ada banyak hal yang perlu direnungkan terutama mengenai apa yang sedang dibicarakan dan apa yang akan dilakukan.

Glaucon: Tapi ada pilihan lebih besar yang harus dilakukan.

Socrates: Tentu saja,dan pilihan paling pertama yang perlu dilakukan adalah menghormati para dewa, bukanlah sesuatu yang tidak terhormat; menghormati keberadaan para dewa karena mereka telah menciptakan kita dengan terus mencari kebenaran dan kebaikan yang sesunguhnya, bukan karena orang lebih banyak mengatakan ini baik dan benar. Pilihan ini sungguh sulit. Tetapi karena alasan tertentu maka itu tidak dilakukan.

Glaucon: Saya tidak ingin mencontohi itu.

Socrates: Biarkan saya memberi beberapa pertanyaan kepada anda. Hanya para nabi, barangkali, tahu persis, tetapi bukankah para pengamat di kota mengatakan bahwa pilihan warga terbagi merata di antara para kandidat?

Glaucon: Ya, dan itu membuat semua orang begitu gelisah?

Socrates: Dan apakah tidak benar bahwa siapapun yang menang lebih dari setengah warga pemilih masih bisa keliru mengenai apa yang baik dan yang benar?

Glaucon: Saya kira demikian, Socrates.

Socrates: Dan meskipun pada akhirnya surat suara dihitung, itu hanya semakin memberi ilusi luas kepada masyarakat: pertentangan dan pertikaian. Saya khawatir, bentrokan luas antar faksi terjadi di sana.

Glaucon: Benar sekali!

Socrates:Para pendiri kota nan bijaksana dan negarawan kita selalu berpendapat bahwa faksi-faksi sering menjadi sumber keruntuhan sebuah rezim populer. Masing-masing berjuang untuk membesarkan dan mempertahankan kelompoknya, termasuk kelompok oposisi. Ini adalah sebuah kesedihan terbesar, justru karena hal itu mengancam sendi-sendi kehidupan bersama. Mereka menjadi sebab warga saling benci dan tidak percaya satu sama lain, termasuk juga kepada lembaga-lembaga publik oleh karena kekuasaan dan tidak kompetennya, sehingga menyebabkan warga terbelah tajam.

Glaucon: Lalu, apa yang dapat dilakukan selanjutnya, Socrates?

Socrates: Pertama, ya, sabarlah Glaucon. Kita perlu memahami secara jelas kondisi kita, dimana tidak akan diselesaikan hanya dengan pemungutan suara mengingat bahayanya bukan karena, pada tempat pertama, adalah soal politik. Bayangkan saja, ini seperti seorang dokter bodoh yang memberikan resep pengobatan kepada orang yang sakit batu ginjal tetapi sesungguhnya yang diderita adalah penyakit asam urat. Kita berada dalam sebuah negara yang sedang terancam kehidupannya dan tidak mampu mengatasi berbagai harapan masyarakat khususnya di bidang kesehatan.

Glaucon: Tapi, apa yang dapat dilakukan?

Socrates: Kita dapat melakukan apa yang selalu dilakukan oleh orang-orang baik. Mintalah bantuan pada dewa. Berusahalah untuk melakukan hal-hal baik dengan para sahabatmu, sekalipun mereka tidak melakukan kebaikan apapun pada anda. Berkorbanlah untuk kotamu. Di atas semua itu, kota yang telah terkota-kotak itu tidak akan dipulihkan kembali apabila para pemimpin dan warga negara tidak melakukan pembicaraan secara serius, bertemu dan bertatap muka dan membicarakan seperti apa kota yang mereka harapkan ke depannya. Apabila pilihannya adalah sebuah kota yang sungguh-sungguh hidup berdasarkan masa kini, yang kelihatannya tidak akan berpegang pada masa lalu dan pada kebijaksanaan orang tua atau yang tidak peduli pada siapa saja yang lahir di kota dan mempertahankan hidupnya dan tidak memberikan tempat pada generasi mudanya, maka hanya ada dua kemungkinan saja: cepat atau lambat kota akan runtuh. Keruntuhan kota, dalam arti tertentu, semakin dekat.

Galucon: Haruskah kita meminta petunjuk dari dewa? Pada masa lalu, dewa sering berbicara dan bertanya  tentang nasib rakyat dan bangsa?

Socrates: Soal itu memang gampang. Anda tinggal bertanya kepada dewa dan ia akan memberikan jawaban kepada anda, atau bisa juga ia tidak akan menjawab anda. Anda perlu bersabar dan terus memusatkan perhatian. Tapi dalam situasi kota seperti ini, pertanyaan paling gampang sekalipun sering sulit untuk dijawab. Sebelum kita mendekati kuil dan tempat-tempat suci ini, mari kita berjalan-jalan di sekeliling pohon di lereng gunung ini. Dan, marilah kita merenungkan keindahan serta melihat apakah pertanyaan-pertanyaan dari dewa menginspirasi kita untuk bertanya lagi.***

==========

Artikel dalam bahasa Inggris dapat dibaca di thecatholicthing.org