YOHANES dilahirkan di Palestina pada abad ketujuh. Kemungkinan besar ia adalah murid dari St. Gregorius dari Nazianze. St. Yohanes mempunyai masa depan gemilang untuk menjadi seorang guru termashyur, namun demikian ia memutuskan untuk melayani Tuhan dengan segenap hatinya. Ia masuk biara di Gunung Sinai ketika usianya enambelas tahun. Kemudian, ia pergi untuk hidup seorang diri saja selama empatpuluh tahun. Ia mempergunakan seluruh waktunya untuk berdoa dan membaca riwayat para kudus.
Pada mulanya, St. Yohanes dicobai oleh iblis. Ia merasakan segala jenis nafsu jahat yang menggodanya untuk jatuh dalam dosa. Tetapi, Yohanes mengandalkan Yesus dan berdoa lebih khusuk dari sebelumnya. Sehingga, godaan-godaan itu tidak berhasil membuatnya jatuh dalam dosa. Malahan, ia menjadi semakin kudus. Yohanes semakin dekat dengan Tuhan dan banyak orang mendengar tentang kekudusannya. Mereka datang kepadanya untuk meminta nasehat.
Tuhan memberi St. Yohanes suatu karunia yang mengagumkan. Ia dapat membawa damai bagi mereka yang tertekan dan yang mengalami godaan. Suatu ketika, seorang laki-laki yang mengalami godaan yang mengerikan datang kepadanya. Ia menceritakan betapa berat baginya untuk melawan godaan-godaan tersebut dan memohon pada St. Yohanes untuk menolongnya. Setelah mereka berdoa bersama, damai segera memenuhi hati laki-laki malang itu. Tidak pernah lagi ia diganggu oleh godaan-godaan tersebut.
Ketika St. Yohanes berusia tujuhpuluh empat tahun, ia dipilih menjadi pemimpin biara di Gunung Sinai. Ia menjadi pemimpin dari semua rahib serta pertapa di negerinya. Seorang pemimpin biara lainnya meminta St. Yohanes untuk menuliskan peraturan-peraturan yang telah diterapkannya sepanjang hidupnya, agar para rahib dapat meneladaninya. Dengan segala kerendahan hati, St. Yohanes menulis sebuah buku berjudul Tangga Kesempurnaan. Dalam bahasa Yunani `tangga’ disebut `klimax’. Oleh sebab itulah ia dijuluki “St. Yohanes Klimaks”. St. Yohanes wafat pada tahun 649.
Sumber: yesaya.indocell.net
Inspirasimu: Santo Jonas dan Barachisius : 29 Maret
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.