YOHANES adalah anggota keluarga Visdomini bangsawan dari Florence, Italia, pada akhir abad kesepuluh. Ia dan ayahnya amat terpukul ketika Hugh, satu-satunya saudara lelaki Yohanes, tewas dibunuh. Orang yang dicurigai sebagai pembunuhnya adalah seorang teman Hugh.
Atas desakan ayahnya dan juga luapan amarahnya sendiri, Yohanes mulai mencari cara untuk membalas dendam atas kematian saudaranya. Sebagai seorang Italia, budaya “Vendetta” menuntutnya untuk menjaga martabat keluarganya dengan cara membalas dendam dan membunuh orang yang telah membunuh saudaranya. Kehormatan keluarga Visidomini kini tergantung pada bagaimana ia dapat melaksanakan Vendetta.
Pada hari Jumat Agung, ia berhadapan muka dengan pembunuhnya di suatu lorong sempit. Yohanes menghunus pedangnya dan mulai maju menyerang. Pembunuh Hugh jatuh bertekuk lutut. Ia menyilangkan tangannya di dada dan mohon ampun demi kasih Yesus yang hari ini telah wafat disalib. Dengan berat hati, Yohanes menjatuhkan pedangnya. Ia memeluk musuhnya dan berdua mereka berdampingan menyusuri jalan.
Ketika tiba di gereja biara Benediktin, Yohanes masuk dan berlutut di depan salib. Ia mohon ampun atas dosa-dosanya. Lalu, terjadilah suatu mukjizat! Kristus di atas salib menundukkan kepala-Nya. Seolah-olah Yesus hendak mengatakan kepada Yohanes bahwa Ia merasa senang Yohanes telah mengampuni musuhnya. Yohanes merasa bahwa dosa-dosanya sendiri pun telah diampuni. Seketika, terjadi perubahan besar atas dirinya hingga ia langsung menemui pimpinan biara dan bertanya apakah ia diperbolehkan bergabung menjadi seorang biarawan.
Ketika Don Visidomini (ayah Yohanes) mendengar berita tersebut ia menjadi sangat marah. Dalam murkanya bangsawan tua itu membawa pasukan ke biara dan mengancam akan membumi-hanguskan seluruh biara jika puteranya tidak pulang ke rumah. Para biarawan merasa bingung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Yohanes mengatasi masalah dengan memangkas rambutnya seperti seorang biarawan (tonsura) dan meminjam sehelai jubah milik seorang biarawan dan keluar menemui ayahnya. Dengan berpenampilan layaknya seorang biarawan Benediktin, Yohanes memohon agar diijinkan tinggal dibiara. Don Visidomini menjadi begitu terkesan dan luluh hatinya. Ia pun merestui puteranya menjadi seorang biarawan. Di kemudian hari, St.Yohanes pergi untuk menempuh hidup dengan disiplin yang keras. Ia lalu membentuk komunitas biarawannya sendiri yang kini dikenal dengan nama Komunitas Benediktin Vallumbrosan.
Yohanes menjadi teladan dalam menghayati hidup miskin Yesus. Ia juga memberikan perhatian besar kepada semua orang miskin yang datang ke pintu gerbang biara. Tuhan menganugerahinya kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat dan memberinya kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan. Bahkan Paus St. Leo IX datang kepada St. Yohanes untuk minta nasehatnya.
St. Yohanes wafat pada tanggal 12 Juli 1073. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Selestin III pada tahun 1193.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu: Santo Benediktus : 11 Juli
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.