YOHANES de Britto (João de Britto) lahir Lisbon Portugal pada tanggal 1 Maret 1647 dalam sebuah keluarga bangsawan Portugal yang sangat berpengaruh. Ayahnya, Salvador de Britto Pereira, meninggal saat menjabat sebagai Viceroy (Gubernur) Portugis di Brasil.
De Britto bergabung dengan biara Yesuit pada 1662, dan melanjutkan studinya di Universitas Coimbra. Setelah ditahbiskan menjadi seorang imam, ia diutus ke daerah misi di Madurai, India Selatan, (kini Tamil Nadu), pada tahun 1673 untuk berkotbah dan menyebarkan agama Kristen di wilayah tersebut. Misi ini biasa disebut dengan The Madurai Misision (Misi Madurai).
Misi Madurai adalah upaya yang cukup berani dari para Jesuit untuk mendirikan sebuah Gereja Katolik India yang bebas dari kultur budaya Eropa. Karena itu de Brito lalu belajar bahasa setempat, sedapat mungkin hidup sebagai Brahmana dan menyesuaikan penginjilannya dengan cara berpikir orang India. Hasilnya sangat menggembirakan; Rakyat berbondong-bondong minta dibaptis.
Semula penguasa setempat bersikap acuh terhadap karya missionaris para Jesuit. Sampai saat timbulnya keluhan dari keluarga kerajaan. Ada seorang pangeran dari Marava yang mempunyai beberapa orang istri, minta dibaptis. Yohanes de Britto meluluskan permintaan itu, namun memberi syarat agar sang pangeran bersedia hidup dengan hanya satu orang istri saja dan melepaskan isteri-isterinya yang lain. Pangeran itu bersedia. Tetapi salah seorang istrinya tidak menerima perceraiannya. Sang mantan istri, yang adalah kemenakan dari raja Sethupathi Marava, mengadukan perceraiannya kepada raja dan menunjuk pater de Britto sebagai biang keladinya. Perceraiaan kemenakannya membuat raja menjadi sangat marah, bukan saja kepada Pater de Britto, melainkan juga kepada semua orang yang bertobat menjadi Kristen.
Maka mulailah pengejaran dan penganiayaan. De Britto ditangkap dan dijatuhi hukuman pancung di Oriur (India Selatan) atas tuduhan berusaha mengubah agama negara. Yohanes sempat menulis surat yang amat mengharukan bagi teman-teman misionaris pada malam menjelang wafatnya.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu: Santo Blasius : 03 Februari
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.