YAKOBUS adalah seorang nelayan, sama seperti ayahnya – Zebedeus – dan saudaranya, Yohanes. Yakobus sedang duduk dalam perahu ayahnya memperbaiki jala ketika Yesus lewat. Yesus memanggil mereka masing-masing, Yakobus dan Yohanes, untuk menjadi penjala manusia, untuk mengikuti-Nya mewartakan Kabar Gembira. Zebedeus menyaksikan kedua puteranya meninggalkan perahu mereka dan mengikuti Yesus.
Bersama Petrus dan Yohanes, Yakobus termasuk murid kesayangan Yesus. Bersama mereka, Yakobus beroleh kesempatan menyaksikan apa-apa yang tidak dapat disaksikan para rasul yang lain. Bersama mereka, ia menyaksikan Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus. Bersama mereka, ia mendaki gunung dan menyaksikan Yesus bercahaya seperti matahari dengan jubah-Nya berkilau-kilauan. Peristiwa ini disebut Transfigurasi atau Yesus Dipermuliakan. Pada hari Kamis Putih, yaitu malam sebelum Yesus wafat, Yesus membawa para rasul ke taman Getsemani. Dalam Injil Matius dikisahkan bagaimana Yesus meminta Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk menyertai-Nya ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Mereka menyaksikan bagaimana Wajah Tuhan menjadi pucat karena duka yang amat dalam. Kemudian titik-titik darah mulai menetes dari kening-Nya. Sungguh, saat-saat yang amat memilukan, tetapi para rasul sudah terlalu lelah. Mereka tertidur! Kemudian St. Yakobus lari ketakutan ketika para musuh menangkap Yesus serta membawa-Nya pergi. Dan Yakobus tidak ada di bawah kaki salib pada hari Jumat Agung. Meskipun demikian, Tuhan menemuinya lagi pada sore hari Minggu Paskah di kamar atas. Yesus yang bangkit masuk melalui pintu yang terkunci dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Yakobus dan para rasul yang lain mendapatkan damai yang dijanjikan-Nya itu setelah kedatangan Roh Kudus pada Hari Pentakosta.
St. Yakobus memulai kerasulannya sebagai seorang yang suka menurutkan kata hatinya serta berbicara apa adanya. Tanpa sungkan ia meminta Yesus tempat duduk kehormatan dalam kerajaan-Nya. Ia meminta Yesus menurunkan api atas desa-desa yang tidak mau menerima Tuhan. Tetapi imannya kepada Yesus sungguh besar. Pada akhirnya, Yakobus belajar untuk menjadi rendah hati dan lemah lembut. Dan sungguh, ia menjadi yang “pertama” dengan cara yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya. Ia mendapat kehormatan untuk menjadi rasul pertama yang wafat bagi Yesus. Kisah Para Rasul bab 12 mengisahkan bahwa Raja Herodes Agripa menyuruh orang membunuh Yakobus dengan pedang. Dengan wafat sebagai martir, Yakobus memberikan kesaksian yang paling besar dari segala bentuk kesaksian lainnya.
Meskipun St. Yakobus memiliki kelemahan-kelemahan, Yesus mengasihinya. Marilah kita berdoa memohon rahmat agar dapat lebih peka dalam mengenali kasih Yesus.
Sumber: yesaya.indocell.net
Inspirasimu: Santo Boris dan Santo Gleb : 24 Juli
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.