THEOBALDUS dari Provins adalah seorang pertapa suci dari Perancis. Ia lahir di kota Provins Perancis dalam sebuah keluarga bangsawan tinggi Kerajaan. Ayahnya Arnoul, adalah seorang Pangeran Palatine dari Champagne.
Sebagai seorang pemuda, ia sangat senang membaca kisah kehidupan para pertapa suci seperti santo Yohanes Pembabtis, Santo Paulus pertapa, Santo Anthonius Agung, dan Santo Arsenius. Ia juga sering mengunjungi seorang rahib pertapa bernama Burchard, yang tinggal di sebuah pulau kecil di tengah-tengah Sungai Seine.
Bacaan-bacaan ini dan teladan dari Burchad menumbuhkan benih panggilan Allah dalam hatinya untuk menjalani hidup seperti para pertapa kudus tersebut. Ia sungguh mengagumi cara hidup asketis dan mati-raga dari para pertapa dalam perjuangan mereka untuk meraih kesempurnaan hidup Kristiani.
Hasratnya bernyala-nyala untuk menjadi seorang pertapa membuat pemuda bangsawan ini menolak untuk menikah atau berkarir di bidang Militer. Ketika pecah perang antara sepupunya Pangeran Blois, Odo II dan Raja Conrad II (Conrad the Salic) karena memperebutkan mahkota Kerajaan Burgundi, Theobaldus menolak untuk memimpin pasukan dalam pertempuran untuk membantu sepupunya itu. Ia malah berusaha meyakinkan ayah dan keluarganya untuk membiarkannya pergi dan menjadi seorang pertapa.
Karena keinginannya tidak kunjung direstui oleh ayahnya, pada tahun 1054 Theobaldus memutuskan untuk meninggalkan rumah dengan diam-diam. Bersama seorang teman bernama Walter, mereka pergi untuk menjadi pertapa di daerah Suxy di Distrik Chiny. Kemudian mereka melakukan perjalanan ke Pettingen, di mana dua orang pemuda bangsawan ini mengasah kerendahan hati mereka dengan bekerja sebagai kuli kasar, sambil terus menjalani hidup bermati-raga dan doa secara diam-diam.
Theobaldus dan Walter kemudian menjadi peziarah melalui rute ziarah Santo Yakobus (The Way of St. James) dan setelah itu mereka kembali ke keuskupan Trier. Mereka lalu melanjutkan perziarahan mereka ke Roma dan berencana untuk pergi ke Tanah Suci Yerusalem melalui Venecia. Namun, Walter jatuh sakit dekat di kota Salanigo di Vicenza. Karena itu mereka memutuskan untuk menetap di sana. Tidak lama kemudian Walter wafat. Pertapa suci ini pergi ke surga dengan senyum kebahagiaan di wajahnya.
Theobaldus tetap tinggal di Salanigo dan melanjutkan hidupnya sebagai seorang pertapa. Ketika orang-orang mengetahui akan kesucian hidup Theobaldus, banyak orang datang untuk menjadi muridnya. Marasa terganggu dengan kedatangan banyak orang, Theobaldus lalu berusaha mencari tempat yang lebih sepi untuk dapat mengasingkan diri dan menjalani hidup bermati-raga dengan lebih keras. Namun tetap saja ia diikuti oleh orang-orang yang tertarik untuk mendapat bimbingannya.
Keharuman namanya dan kesucian hidupnya membuat suatu hari Uskup Vicenza memutuskan untuk mengunjungi pertapaannya. Sang uskup kemudian mentahbiskan Theobaldus sebagai seorang imam. Kepada Uskup, Theobaldus kemudian menceriterakan tentang latar belakang keluarganya dan tak lama kemudian kedua orang tuanya datang berkunjung ke pertapaan. Ibunya, Gisela, lalu memutuskan untuk mengikuti jejak Theobaldus dan menjadi seorang pertapa wanita didekat pertapaan anaknya.
Theobaldus tutup usia pada tanggal 30 Juni 1066. Sesaat sebelum kematiannya ia memutuskan menjadi seorang biarawan Benediktin Kamaldoli (OSB Cam). Karena itu setelah kematiannya, para pengikutnya pun bergabung dengan Konggregasi yang didirikan oleh santo Romualdus tersebut.
Santo Theobaldus dikanonisasi oleh Paus Alexander II pada tahun 1073.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu: Santo Paus Petrus Rasul dan Santo Paulus Rasul : 29 Juni
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.