SANTO STANISLAUS KOSTKA lahir di Rostkowo, dekat Przasnysz, Polandia, pada tanggal 28 Oktober 1550. Ayahnya bernama Yohanes Kostka, adalah seorang senator Kerajaan Polandia dari keluarga bangsawan Zakroczym, dan Ibunya bernama Margaret de Drobniy Kryska. Ia adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Kakaknya, Paul Kostka masih hidup saat upacara beatifikasinya pada tahun 1605. Di rumahnya, kedua kakak-beradik ini dididik dengan keras, bahkan kadang-kadang kelewat keras. Untungnya, tindakan itu bermuara pada sifat kesalehan, kerendahan-hati, kesederhanaan dan kepatuhan anak-anak tersebut.
Sementara itu kehidupan religiusnya semakin mendalam; ia lalu memutuskan untuk masuk biara Serikat Yesus dan menjadi seorang imam. Selama enam bulan ia telah mempertimbangkan keinginannya ini, sebelum ia memberanikan diri untuk berbicara tentang hal ini kepada para atasan di sekolah Jesuit di Vienna. Mereka ragu-ragu untuk menerimanya, karena takut akan masalah yang mungkin ditimbulkan oleh ayahnya apabila ia tidak setuju dengan keputusan anaknya tersebut. Stanislaus bisa memahami situasi ini. Karena itu ia memutuskan untuk melamar ke Biara Induk Serikat Jesus di Roma.
Stanislaus sempat tinggal selama satu bulan di kota Dillingen Jerman, dimana Provincial Serikat Jesus saat itu, Santo Petrus Kanisius, menempatkannya bersama para calon novis di asrama sekolah untuk mengujinya. Stanislaus tiba di Roma pada tanggal 25 Oktober 1567. Ia sudah sangat kelelahan dan lemah oleh perjalanannya. Karena itu Superior Jendral Jesuit saat itu, Santo Fransiskus Borgia, memintanya untuk beristirahat dan memulihkan diri terlebih dahulu selama beberapa hari, sebelum masuk novisiat Jesuit di Biara Santo Andreas. Selama sepuluh bulan sisa hidupnya, menurut kesaksian pemimpin biara Novisiat tersebut, Giulio Fazio SJ, “Stanislaus adalah model dan cermin dari kesempurnaan hidup religius”.
Pada malam tanggal 10 Agustus 1568, saat perayaan pesta Santo Laurentius, tubuh Stanislaus jatuh sakit akibat demam tinggi, dan ia tampaknya bisa merasakan bahwa saat-saat terakhir hidupnya telah tiba. Ia memulis sepucuk surat pada Bunda Maria meminta-Nya untuk mengangkatnya kesurga agar dapat merayakan Pesta kenaikan Bunda Maria ke Surga bersama-sama. Imannya dalam Bunda Maria, yang telah memberinya banyak tanda Ilahi, sekali lagi memberikan mujizat. Pada tanggal 15 Agustus, sekitar pukul empat dini hari, saat ia sedang khusyuk berdoa kepada Tuhan, bersama para orang suci dan Bunda Maria, jiwanya yang indah meninggalkan tubuhnya dan kembali pada Sang Pencipta. Wajahnya bercahaya dengan penuh ketenangan.
Seluruh kota Roma segera menjadikannya sebagai seorang santo. Banyak orang dari berbagai daerah buru-buru datang untuk memberikan penghormatan pada diri Stanislaus dan, kalau memungkinkan, memperoleh peninggalan miliknya. Dikemudian hari, banyak orang cacat yang menjadi sembuh karena pengantaraannya.
Kanonisasi
Tahta Suci Vatikan meresmikan beatifikasi Stanislaus pada tahun 1605. Dan ia di-kanonisasi pada tanggal 31 Desember 1726. Santo Stanislaus adalah seorang santo yang terkenal di Polandia, dan banyak institusi religius yang telah memilihnya sebagai santo pelindung murid-murid mereka. Penggambaran dirinya dalam dunia seni sangatlah beragam. Ia kadang-kadang digambarkan menerima Komuni Suci dari tangan para malaikat; kadang-kadang digambarkan menerima tubuh Bayi Yesus dari tangan Bunda Maria; atau ia digambarkan sedang berada di tengah-tengah peperangan mengusir para musuh dari tanah airnya. Terkadang ia juga digambarkan sedang berada di dekat sebuah sumber air dan sedang meletakkan kain yang basah di dadanya. Ia menjadi tujuan doa orang-orang untuk kesembuhan penyakit jantung yang berdebar-debar dan penyakit-penyakit yang berbahaya.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu:
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.