YOUSSEF Makhlouf dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1828 di sebuah desa di pegunungan di Libanon. Hidupnya biasa-biasa saja. Youssef belajar di sebuah sekolah kecil di sana dan ikut ambil bagian dalam kegiatan di gereja paroki. Ia mencintai Bunda Maria dan ia suka berdoa. Ia mempunyai dua orang paman yang adalah biarawan. Meski Youssef tidak mengatakan kepada seorang pun, ia berdoa kepada Bunda Maria memohon bantuannya agar diperkenankan menjadi seorang biarawan. Orangtua Youssef menghendakinya untuk menikah. Ada seorang gadis yang amat baik di dusun itu yang cocok dijadikan sebagai isteri ideal baginya, begitulah pikir mereka. Tetapi Youssef yakin bahwa itulah saat untuk mengikuti panggilannya menjadi seorang biarawan. Ia menggabungkan diri dalam Biara Bunda Maria dalam usia duapuluh tiga tahun. Ia mengambil nama Sharbel, seturut nama seorang martir kuno. Ia mengucapkan kaulnya pada tahun 1853 dalam usia duapuluh lima tahun. Sharbel mengikuti pendidikan calon imam dan ditahbiskan pada tahun 1858. Ia tinggal di Biara St Maron selama enambelas tahun.
Pastor Sharbel adalah seorang yang khusuk, yang kecintaannya pada doa menjadi cirinya yang menonjol. Dari waktu ke waktu ia akan mengundurkan diri ke pertapaan milik ordo untuk menikmati doa-doa yang lebih mendalam. Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, dilewatkan Sharbel dalam keheningan pertapaan. Ia memilih untuk mengamalkan hidup yang amat keras. Ia bermatiraga, makan sedikit, tidur di lantai yang keras, dan menghabiskan berjam-jam lamanya dalam doa. Tahun-tahun berlalu dan Sharbel menjadi seorang yang sepenuhnya mengasihi Yesus. Kemudian, sementara ia sedang merayakan Misa pada tanggal 16 Desember 1898, saat konsekrasi, ia terserang stroke. Sharbel terbaring tak berdaya delapan hari lamanya, dan wafat pada tanggal 24 Desember 1898.
Mukjizat-mukjizat mulai terjadi di makam biarawan yang kudus ini. Sebagian dari mukjizat-mukjizat tersebut diterima sebagai prasyarat untuk memaklumkan Sharbel sebagai “beato” dan kemudian “santo”. Pater Sharbel dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Paulus VI pada tanggal 9 Oktober 1977. Paus menjelaskan bahwa St Sharbel dengan cara hidupnya mengajarkan kepada kita jalan sejati kepada Tuhan. Beliau mengatakan bahwa budaya kita memuliakan kekayaan dan kenikmatan. Tetapi Sharbel, sebaliknya, mengajarkan kepada kita melalui teladan hidupnya, nilai kemiskinan, matiraga dan doa.
Sumber: yesaya.indocell.net
Inspirasimu: Santo Yohanes dari Kanty : 23 Desember
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.