Santo Yusuf/Foto: mirifica.net

EMUA pengetahuan kita tentang Santo Yusuf, suami Santa Perawan Maria dan Ayah piara Yesus, Putra Allah, bersumber pada dua bab pembukaan dari Injil Matius dan Lukas. Secara umum, Yusuf dianggap sebagai ayah Yesus. Karena Yusuf adalah turunan raja Daud, maka Yesus juga dianggap sebagai keturunan Raja Daud. Yesus lalu disebut Putra Daud. Hubungan Yusuf dan Maria lebih daripada suatu hubungan pertunangan. Hubungan mereka merupakan suatu hubungan perkawinan yang sah, walaupun pada mulanya mereka tidak pernah hidup sebagai suami istri. Kira- kira selama satu tahun, mereka tidak pernah hidup bersama di bawah satu atap. Ketika Maria mengandung secara ajaib oleh Kuasa Roh Kudus, Yusuf bingung dan bermaksud meninggalkan Maria secara diam- diam. Namun Yusuf yang saleh itu tidak percaya akan godaan kebingungan dan kecurigaan terhadap Maria yang sedang hamil itu. Matius dalam injilnya mengatakan bahwa Yusuf memutuskan untuk meninggalkan Maria secara diam- diam (Mat1:19).

Sehubungan dengan itu, selanjutnya Matius mengatakan bahwa Allah mengutus seorang malaikat untuk menerangkan kepada Yusuf bahwa anak yang ada di dalam rahim Maria sesungguhnya berasal dari Roh Kudus. Oleh kunjungan malaikat Allah itu dan setelah merenungkan pesan yang disampaikan, Yusuf tanpa ragu- ragu mengambil Maria sebagai istrinya dan mulai tinggal serumah (Mat1:24). Untuk menghindari salah pengertian, Matius selanjutnya mengatakan bahwa Yusuf bukanlah ayah kandung Yesus. Matius berkata: œIa tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki- laki (Mat1:25). Kata sampai yang digunakan Matius menunjukkan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sebelum Maria melahirkan anaknya. Kata itupun tidak berarti bahwa setelah Maria melahirkan Yesus, Yusuf bersetubuh dengan Maria. Kata- kata anaknya laki- laki, bahkan dikatakan anaknya yang sulung (Luk2:7) juga tidak berarti bahwa Maria mempunyai beberapa anak. Istilah itu adalah suatu istilah yang lazim dan sah untuk menamai setiap anak laki- laki pertama yang lahir dari suatu perkawinan, meskipun anak itu tidak mempunyai saudara dan saudari. Lukas dalam bab dua Injilnya menyebut Yusuf dan Maria sebagai orangtua Yesus (Luk2:27).

Menurut Matius, Yusuf adalah seorang tukang kayu (Mat13:55). Tentang riwayat hidupnya tidak banyak dikisahkan, tetapi diperkirakan Yusuf meninggal dunia sebelum Yesus tampil didepan umum untuk memulai karya Nya. Karena, ia tidak pernah disebut- sebut lagi selama kurun waktu penampilan Yesus itu. Salah satu bukti biblis untuk menunjukkan hal ini dapat ditemukan di dalam lukisan penginjil Yohanes tentang peristiwa penyerahan Maria kepada Yohanes, murid kesayangannya Yesus: Ketika Yesus melihat ibu Nya dan murid yang dikasihi Nya disampingnya, berkatalah Ia kepada Ibu Nya: Ibu, inilah anakmu, kesampingnya, berkatalah Ia kepada murid Nya: Inilah Ibumu! Dan sejak itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya (Yoh19:26 27). Teks ini menunjukkan bahwa pada waktu itu Maria sudah menjanda.

Cerita- cerita apokrif purba menggambarkan Yusuf sebagai seorang lelaki yang sudah tua, bahkan tua sekali. Cerita ini mau melukiskan bahwa pada waktu itu tak seorang pun menganggap Yusuf sebagai ayah kandung Yesus. Sebaliknya, kehamilan Maria dianggap sebagai suatu peristiwa yang memalukan bahkan merupakan skandal karena Yusuf suaminya sudah dikatakan tua sekali.

Cerita purba itu melukiskan Yusuf sebagai seorang duda yang mempunyai enam orang anak dari perkawinannya yang pertama. Kisah ini dimaksudkan untuk menerangkan bagian Injil yang melukiskan tentang saudara- saudara Yesus (Mat12:46; Yoh2:12; Yoh7:10). Keterangan yang sebenarnya ditemukan dalam makna kata bahasa Aram yang digunakan Yesus dan murid- murid  Nya. Bahasa Aram menggunakan kata yang sama untuk melukiskan saudara- saudara dan sepupu- sepupu, dan para pengarang Injil mengetahui bahwa hal ini akan berarti dan dipahami oleh umat yang menjadi tujuan penulisan Injil bila mereka menunjuk kepada saudara- saudara Yesus. Yusuf dan Maria benar- benar menikah. Mereka memiliki hak- hak perkawinan secara penuh satu terhadap yang lain seperti lazimnya suami istri, walaupun mereka sendiri tidak menggunakan hak- hak itu. Alasan pokok teologis mengapa Yesus dilahirkan dari seorang Perawan adalah bahwa Pribadi kedua dalam Allah Tritunggal MahaKudus itu telah ada sejak kekal. Kelahiran Nya sebagai manusia melalui rahim Maria menunjukkan kehendak Allah untuk menjadi seorang anggota umat manusia dalam sebuah keluarga manusia. Yusuf meskipun bukan ayah Yesus dalam arti fisik dihubungkan dengan Yesus oleh persatuan rohaniah seorang ayah, kewibawaan dan pelayanan. Yesus termasuk anggota keluarga Yusuf dan hubungan itu diungkapkan dengan menggambarkan Yusuf sebagai ayah piara bahkan ayah Yesus yang sah.

Devosi kepada Santo Yusuf tidak dikenal gereja selama berabad-abad. Hal ini dilatarbelakangi oleh suatu kekhawatiran bahwa tekanan yang berlebihan pada kedudukan Yusuf dapat menimbulkan anggapan umum bahwa Yusuf adalah ayah kadung dari Yesus. Dalam praktek sekarang, Gereja menghormati Yusuf karena kekudusan dan martabat Maria sebagai Bunda Yesus, Putra Allah. Sri Paus Pius IX (1846- 1878) pada tanggal 8 Desember 1870 menetapkan Yusuf sebagai pelindung gereja universal. Dalam litani Santo Yusuf, yusuf dilukiskan sebagai pelindung bagi para buruh / karyawan, keluarga, para perawan, orang- orang sakit dan orang- orang yang telah meninggal. Ia juga dihormati sebagai tokoh doa dan kehidupan rohani, pelindung para fakir miskin, para penguasa, bapa- bapa keluarga, imam- imam dan kaum religius serta pelindung para penziarah.
Pada tahun 1937, Sri Paus Pius XI (1922- 1939) mengangkat Santo Yusuf sebagai pelindung pujangga Gereja melawan komunisme ateistik. Dan pada tahun 1961, Sri Paus Yohanes XXIII (1958-1963) memilih Yusuf sebagai pelindung surgawi Konsili Vatikan II. Nama Yusuf sendiri mulai dimasukkan dalam kanon misa pada tahun 1962.
Pada abad ke delapan dan kesembilan, pada tanggal 19 Maret ditentukan sebagai hari raya utama santo Yusuf. Pada tahun 1955, Sri Paus Pius XII (1939- 1958) memaklumkan pesta Santo Yusuf pekerja yang dirayakan pada tanggal 1 Mei. Pesta ini menekankan martabat pekerjaan dan keteladanan Santo Yusuf sebagai pekerja dan untuk menyetakan kembali keikutsertaan Gereja dalam karya penyelamatan Allah.