AUSSENTIUS, merupakan anak dari seorang Persia, ayahnya bernama bernama Addas. Sebagian besar hidupnya dihabiskan sebagai seorang petapa di Bithynia, sebuah wilayah di frontal Hellespont, Konstantinopel. Sebelum menjadi seorang petapa ia adalah salah satu penjaga berkuda dari kaisar Timur Theodosius II (408-450). Selama bertugas ia mengenal kehidupan eremitis yang dipraktikkan oleh beberapa petapa. Aussentius memutuskan untuk mengikuti cara hidup mereka sepenuhnya dengan menetap di bukit gurun Oxia, 12 kilometer dari Konstantinopel.
Dengan cepat ia terkenal karena kekudusannya dan banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasihat tentang rohani. Namun ia justru dicurigai menyebarkan doktrin yang sesat. Oleh karena itu pada tahun 451 dipanggil ke Chalcedon tempat diselenggarakannya dewan ekumenis IV, dan diputuskan Aussentius dibebaskan dari tuduhan, bisa kembali menjalani hidupnya sebagai petapa.
Sozomeno seorang sejarawan menulis tentangnya: bahwa “Aussentius dikenal karena kesalehannya, hidupnya penuh dengan iman dan semangat bagi sesama, ia senang menulis, memperdalam literatur sekuler dan gerejawi. Hidupnya sederhana dan perilakunya sopan, meskipun akrab dengan kaisar dan orang-orang istana.
Ia mendirikan tempat pertapaan di Gunung Skopa, dekat Calcedonia, mengabdikan sisa hidupnya menjadi pendidik bagi murid-murid yang semakin hari semakin banyak jumlahnya. Walapun sebagai seorang petapa yang mencintai kesendirian, namun ia tidak pernah mengusir orang-orang yang datang kepadanya untuk meminta nasihat.
Santo Aussentius diperingati 14 februari oleh Martyrologium Romanum.
Sumber: Santibeati.it, diakses pada 13 Februari 2019.
Inspirasimu : Santo santa 15 Februari – Santo Sigfridus
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…