KATARINA, lahir di Florence pada tahun 1522. Nama pembaptisannya adalah Alessandra Lucrezia Romola de’ Ricci dalam keluarga Bangsawan Ricci di Florence, Italia. Alessandra masuk biara suster Dominikan di Montecelli tempat bibinya, Louisa de Ricci, yang juga merupakan seorang biarawati. Sebagai biarawati, ia memilih nama Chaterina (Katarina).
Suster katerina memiliki Cinta yang sangat mendalam terhadap sengsara Yesus di salib. Dalam keheningan biara ia sering bermeditasi merenungkan kisah sengsara Kristus. Yesus kemudian menganugerahinya hak amat istimewa untuk menerima tanda-tanda Luka-Nya (Stigmata) di tubuhnya. Dengan gembira Katarina menanggung segala rasa sakit yang timbul oleh karena luka-luka suci yang dia miliki sampai pada akhir hayatnya.
Dalam doa-doanya Katarina mulai menerima Penglihatan-penglihatan (visi) dan mengalami ektase dengan kehadiran Roh Kudus dalam jiwanya. Beberapa rekan biarawati meragukan karunianya ini sebab secara lahiriah Katarina tampak seperti tidur atau diam dan dengan terpesona menatap kesuatu arah ketika karunia penglihatan itu datang. Meskipun begitu semua orang menerima karunia Suster Katarina sebagai bagian dari kehidupan mereka dengan Tuhan.
Suatu kali, dalam sebuah penglihatan, Tuhan mengijinkan Katarina untuk melihat jiwa seseorang yang sedang berada di api penyucian. Demikian besar kasihnya sehingga Katarina menawarkan diri untuk menggantikan penderitaan jiwa tersebut. Tuhan mendengar doanya dan Katarina mengalami penderitaan yang amat hebat empat-puluh hari lamanya. Penderitaannya ini merusak kesehatannya secara permanen.
Setelah menderita sakit yang demikian lama serta menyakitkan, St. Katarina wafat pada usia enam puluh delapan tahun pada tanggal 2 Februari 1590. Seratus lima puluh tahun kemudian Ia dinyatakan kudus pada 1746 oleh Paus Benediktus XIV.
Sumber: www.catholic.org & www.katakombe.org, diakses pada 11 Februari 2019.
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…