Beranda KATEKESE Santo Raimundus Nonnatus : 31 Agustus

Santo Raimundus Nonnatus : 31 Agustus

0
Santo Raimundus Nonnatus : 31 Agustus
Ilustrasi

RAIMUNDUS dijuluki “Nonnatus” (yang berarti : “yang tidak dilahirkan”) karena ia “tidak dilahirkan” secara biasa. Saat ia masih berada dalam kandungan, ibunya sakit keras dan meninggal dunia. Demi menyelamatkan nyawanya, dokter lalu membedah jasad sang ibu dan mengeluarkan bayi Raimundus dari rahimnya.  Karena itulah, ia lalu di sebut Raimundus Nonnatus.

Ayah Raimundus adalah seorang bangsawan di kota Portello Catalonia yang mengabdi pada keluarga Kerajaan Aragon.  Meskipun berdarah bangsawan, namun keluarganya hidup bersahaja dan serba berkekurangan. Sejak muda Raimundus sudah menyatakan keinginannya untuk menjadi seorang biarawan namun ayahnya tidak merestuinya. Ia malah meminta Raimundus untuk mengurus lahan pertanian mereka yang terletak jauh dari Catalonia dengan maksud agar Raimundus dapat melupakan cita – citanya itu.  Namun upaya ini tidak berhasil.  Tinggal dalam kedamaian dan keheningan di lahan pertanian justru membuat Raimundus mempunyai lebih mempunyai waktu untuk berdoa dan bermeditasi. Kerinduannya untuk menjalani hidup sebagai seorang pecinta Tuhan semakin tidak tertahankan.

31 Agustus, Bunda Maria, Gereja Katolik Indonesia, katekese, katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Minggu Biasa XXII, Para Kudus, Para Kudus di Surga, rosario, Santo Pammakius, Santo Yohanes Pembaptis, Santo Agustinus, Santo Monika, Santa Helena, Santa Teresa dari Yesus, Santa Yohana Delanoue, Santo Bartolomeus Rasul, Santo Bernardus, Santo Filipus Benizi, Santo Paus Pius X, santo santa, Santo Simforianus, Santo Yohanes Eudes, Santo Yosef dari Calasanz, teladan kita, umat katolik
Ilustrasi

Kegigihan Raimundus akhirnya meluluhkan hati sang ayah. Ia diberi restu untuk masuk biara. Setelah mengalami beberapa kali penolakan, Raimundus akhirnya diterima juga pada biara Marcedarian di Barcelona.  Mercedarian adalah sebuah Tarekat yang didirikan oleh Santo Petrus Nolasco pada tahun 1218. Kala itu salah satu karya para biarawan Mercedarian adalah untuk membebaskan para tawanan dan budak Kristen dari tangan para penguasa muslim Moor di Afrika Utara. Raimundus menerima bimbingan dari Santo Petrus Nolasco dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1222.

Segera setelah pentahbisannya, imam muda Raimundus ditugaskan ke Afrika Utara untuk membawa uang tebusan demi membebaskan para tawanan dan budak Kristen. Ia tiba di kota Algiers Aljazair dan berhasil membebaskan 250 tawanan dan budak kristen. Dari Algiers Raimundus menuju Tunisia. Disana ia kembali berupaya membebaskan para tawanan dan budak Kristen yang hidup dalam penindasan dan penyiksaan, namun ia kehabisan uang tebusan. Karena itu ia lalu menawarkan dirinya sebagai sandera demi kebebasan 28 orang budak dan tawanan Kristen.  Tawarannya diterima penguasa Tunisia. Para budak dan tawanan dibebaskan sementara Raimundus dipenjarakan.

Selama 8 bulan dalam penjara, Raimundus harus mengalami segala macam penyiksaan yang biasa diterima para tawanan Kristen.  Namun ia tetap tegar dalam imannya. Ia juga berupaya keras menguatkan iman para tawanan lainnya dengan mewartakan Injil Kristus dan mengajar agama. Kegiatannya membangkitkan amarah kepala penjara. Ia lalu kembali disiksa dengan keji. Menurut legenda, para sipir penjara sampai harus melubangi kedua bibirnya lalu memasang gembok agar ia tidak bisa berbicara dan mengajar agama.  Untunglah biara Mercederian segera mengirimkan uang tebusan bagi Raimundus sehingga ia dapat bebas dan kembali ke Spanyol pada tahun 1239.

Paus Gregorius IX sangat mengagumi ketabahan dan keberanian Raimundus dalam perutusannya di Afrika Utara.  Paus berencana mengangkatnya menjadi seorang Kardinal dan mengundangnya untuk datang ke kota Roma.

Namun Tuhan berkehendak lain. Dalam perjalanan menuju kota Roma, Raimundus jatuh sakit di Castel of Cardona, enam puluh mil dari  Barcelona.  Ia tutup usia pada tanggal 31 Agustus 1240. Menurut tradisi, sejumlah bangsawan, para biarawan Mercederian dan umat kota Cardona kemudian berseteru memperebutkan jenasah Raimundus agar dapat dimakamkan ditempat mereka. Demi menyelesaikan sengketa ini, tubuh pahlawan iman ini lalu ditempatkan diatas sebuah keledai buta, lalu keledai itu dilepas ke jalan.  Sang keledai lalu berjalan menuju sebuah kapela kecil, tempat dimana Raimundus sering berdoa saat masih remaja. Di sanalah ia dimakamkan.

Sumber: Katakombe.org