PETRUS DAMIANUS dilahirkan pada tahun 1007 dan menjadi yatim piatu sejak masih kanak-kanak. Ia diasuh oleh seorang kakaknya yang berwatak buruk. Kakaknya suka menganiaya dia serta membiarkannya kelaparan. Seorang kakaknya yang lain, Damianus yang adalah seorang pastor di Ravenna, mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Ia membawa Petrus pulang ke rumahnya.
Sejak saat itulah hidup Petrus berubah sepenuhnya. Ia diperlakukan dengan penuh cinta, kasih sayang serta perhatian. Begitu bersyukurnya Petrus hingga kelak ketika ia menjadi seorang religius, ia memilih nama Damianus sebagai ungkapan kasih sayang kepada kakaknya.
Damianus mendidik Petrus serta memberinya semangat dalam belajar. Petrus kemudian mengajar di perguruan tinggi ketika usianya baru duapuluh tahunan. Ia menjadi seorang guru yang hebat. Tetapi Tuhan membimbingnya ke jalan yang tidak pernah terpikirkan olehnya.
Petrus hidup pada masa di mana banyak orang dalam Gereja terlalu dipengaruhi oleh tujuan-tujuan duniawi. Petrus sadar bahwa Gereja adalah ilahi dan Gereja memiliki rahmat dari Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua orang. Ia ingin agar Gereja bersinar dengan kemuliaan Kristus.
Sekitar 1035, Petrus berhenti mengajar dan memutuskan untuk pensiun dari kehidupan dunia dan menjadi seorang biarawan Benediktin. Kesehatannya saat itu sangat buruk, apalagi karena ia tidak begitu mempedulikannya. Ia tetap berusaha untuk bermati raga dan mencoba untuk menggantikan tidur dengan doa. Suatu saat ia alhirnya dapat dipaksa untuk menghabiskan beberapa waktu untuk menjalani pemulihan; yang mana ia pergunakan sepenuhnya untuk mendalami Kitab Suci.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu: Santo Eucherius dari Orleans : 20 Februari
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.