PASCHASIUS, tak seorang pun tahu siapa orangtua santo Paschasius. Sesaat setelah ia dilahirkan, orang tuanya membuang bayi malang Paschasius di depan pintu Biara Notre Dame. Para biarawati mengasihi dan merawat sang bayi. Mereka menamainya Radbertus. Ketika sudah cukup besar untuk belajar, Radbertus dikirimkan kepada para biawaran Benediktin yang tak jauh dari sana untuk bersekolah.
Radbertus senang belajar dan teristimewa menaruh minat pada sastra Latin. Setelah dewasa, ia hidup tenang sebagai ilmuwan. Ia tetap seorang awam selama beberapa tahun. Kemudian ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang biarawan. Ia menggabungkan diri dalam suatu komunitas yang dipimpin oleh dua abbas yang penuh semangat, yakni St Adalhard dan saudaranya yang menggantikannya, Abbas Wala. Radbertus berupaya menjadi seorang biarawan yang kudus. Ia kerap menemani kedua abbas dalam perjalanan-perjalanan mereka. Ia menulis biografi kedua abbas setelah mereka wafat. Radbertus menjadi seorang ahli Kitab Suci. Ia menulis ulasan panjang mengenai Injil St Matius. Ia juga menulis ulasan mengenai bagian-bagian lain dari Injil. Tetapi karyanya yang paling tersohor berjudul “Tubuh dan Darah Kristus”.
Radbertus tidak merasakan panggilan untuk menjadi imam. Tetapi ia dibujuk untuk menerima penunjukkan sebagai abbas selama tujuh tahun lamanya. Kemudian ia mendesak untuk kembali ke cara hidup dalam doa, meditasi, belajar dan menulis. Masa jabatannya sebagai abbas sungguh amat sulit baginya meski ia berupaya melakukan yang terbaik seturut kemampuannya. Ia menghabiskan sisa hidupnya dengan berdoa, menulis dan melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Radbertus wafat pada tahun 860.
Sumber: Katakombe.org
Inspirasimu: Santo Markus, Pengarang Injil : 25 April
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.