METODIUS hidup pada abad kedelapan. Ia lahir dan dibesarkan di Sisilia. Metodius mengenyam pendidikan tinggi dan ia menghendaki jabatan yang sesuai untuknya. Sebab itu, ia memutuskan untuk berlayar ke Konstantinopel agar dapat memperoleh kedudukan penting di istana kaisar.
Dalam perjalanannya ke sana, ia bertemu dengan seorang biarawan kudus yang berbincang dengannya dalam suatu percakapan yang panjang serta mendalam. Segala pertanyaan tentang Tuhan dan kehidupan abadi bermunculan dalam benak Metodius. Biarawan itu membantunya sadar bahwa guna memperoleh sukacita sejati dalam hidup, ia perlu mempersembahkan dirinya kepada Tuhan dalam hidup religius. Jadi, ketika Metodius tiba di Konstantinopel, ia melewati istana dan menuju sebuah biara.
Umat Kristiani sedang menghadapi masa-masa sulit di Konstantinopel. Konflik Ikonoklas pecah kembali. Sebagian berpendapat bahwa adalah salah memiliki gambar-gambar atau pun ikon-ikon religius. Mereka keliru karena menyangka bahwa orang berdoa kepada gambar atau patung, dan bukan kepada pribadi yang diwakilinya. Terjadi pertikaian sengit dan kaisar ikut campur di dalamnya. Ia sependapat dengan orang-orang yang menolak penggunaan gambar dan patung dalam ibadah.
Sebaliknya, St. Metodius tidak sependapat dengan kaisar. Ia paham betul mengapa umat Kristiani membutuhkan sarana gambar dan patung dalam beribadah. Ia lalu diminta oleh Patriark Nikephoros untuk pergi ke Roma dan mohon Bapa Suci untuk menyelesaikan persoalan. Ketika ia kembali, kaisar menjatuhkan hukuman penjara selama tujuh tahun kepadanya. Metodius menderita dalam sel penjara yang gelap serta pengap, namun demikian ia tidak patah semangat. Ia tahu bahwa Yesus akan mempergunakan penderitaannya untuk menyelamatkan Gereja.
Pada tahun 842, kaisar wafat. Isterinya, Maharani Theodora, menggantikannya karena Putera Mahkota Michael III saat itu masih bayi. Maharani mempunyai pendapat yang berbeda dari suaminya. Ia berpendapat bahwa orang seharusnya bebas mempergunakan sarana patung, ikon dan gambar-gambar kudus apabila mereka menghendakinya. Maharani Theodora lalu memulihkan penggunaan ikon dalam ibadah Gereja. Ia memecat Patriark Yohanes VII yang merupakan seorang ikonoklas dan mengangkat Methodius sebagai penggantinya, sehingga mengakhiri konflik ikonoklasme. Satu minggu setelah menjadi patriark, bersama dengan Maharani Theodora dan Pangeran Michael III, Methodios melakukan prosesi kemenangan dari Gereja Blachernae ke Basillika Hagia Sophia pada 11 Maret 843 dan memulihkan ikon di gereja. Peristiwa ini dianggap sebagai Restorasi Gereja Ortodoks, dan menjadi hari libur di Gereja Ortodoks Timur, dirayakan sampai hari ini pada setiap tahun pada hari Minggu Pertama Puasa Agung, dan dikenal dengan sebutan “Kemenangan Ortodoks”.
St. Metodius menulis karya-karya indah tentang teologi dan kehidupan rohani. Ia juga menuliskan riwayat hidup para kudus dan juga sajak. Metodius menjadi Patriark selama empat tahun, lalu wafat pada tanggal 14 Juni 847.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.