LUSIANUS lahir sekitar tahun 240 di kota Samosta (sekarang kota ini bernama Samsat dan berada di wilyah provinsi Adıyaman – Turki) dalam sebuah keluarga kristen yang saleh. Setelah kematian kedua orang tuanya, Lusianus memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan mengabdi sebagai pelayan umat Tuhan. Ia lalu meninggalkan Samosta dan berangkat ke kota Edessa untuk dididik menjadi seorang imam. Di Edessa, pemuda Lusianus mulai mempraktekkan pola hidup seorang pertapa sambil belajar Teologi, Filsafat, Retorika dan juga Sastra. Setelah menamatkan pendidikannya, ia pindah ke Antiokhia.
Sebagai seorang ahli Teologi dan sastra, Lusianus dapat melihat banyak kekurangan yang ada dalam terjemahan Alkitab pada masa itu. Baik dalam terjemahan Septuaginta maupun Alkitab Perjanjian Baru terjemahan Yunani. Ia menuliskan banyak catatan kritis tentang hal ini lalu berupaya membuat terjemahan yang lebih baik. Terjemahan Santo Lusianus ini kelak banyak digunakan oleh bapa gereja Santo Yohanes Krisostomus.
Selama penganiayaan Kaisar Maximinus Daia, Santo Lucianus ditangkap dan dipenjarakan di Nikomedia. Sebagai seorang warga negara Romawi, Lusianus tidak bisa dihukum mati tanpa diadili. Karena itu ia hanya ditahan saja dalam penjara sampai sembilan tahun. Selama dalam penjara, ia harus mengalami banyak penyiksaan keji demi imannya akan Yesus Kristus. Dua kali ia dibawa kepengadilan dan dua kali pula ia mampu membela dirinya dan imannya dengan menjawab semua pertanyaan hakim dengan sebuah kalimat pendek yang penuh makna : “Saya seorang Kristen..!!!”. Hakim tidak mampu memberikan keputusan apapun, dan Lusianus dikembalikan ke penjara.
Hari kematian santo Lusianus tidak bisa dipastikan. Sebagian tradisi menyakini bahwa ia telah dibiarkan mati kelaparan dalam penjara pada tahun 312, namun ada tradisi lain menyakini bahwa Lusianus gugur sebagai saksi Kristus dengan cara dipenggal. Sebuah tradisi lain lagi yang tidak jelas asal-usulnya menyatakan bahwa Santo Lusianus dibunuh dengan cara ditenggelamkan di laut dan tubuhnya dibawa kembali ke daratan oleh ikan lumba-lumba. Bagaimanapun cara kematiannya, namun satu hal yang pasti adalah; bahwa Santo Lusianus telah gugur dalam kekokohan iman yang tak tergoyahkan.
Baca selengkapnya: katakombe.org
Inspirasimu:
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.