JULIANUS HOSPITALLER atau “Julianus the Poor” (Julianus yang malang) hidup pada awal abad ke-4 dan berasal dari keluarga bangsawan. Dikisahkan bahwa sejak kecil Julianus diramalkan akan membunuh ayah dan ibunyanya. Karena itu setelah ia menikah, Julianus pergi jauh untuk menghindari kedua orang tuanya.
Namun suatu hari, saat ia sedang berburu, kedua orang tuanya datang berkunjung. Istrinya lalu menyiapkan tempat tidur mereka bagi kedua orang tua Julianus untuk beristirahat. Saat pulang dari perburuan, Julianus mendapati dua sosok tubuh diatas tempat tidurnya. Menyangka isterinya sedang berselingkuh, ia mengambil pedangnya dan membunuh dua sosok tubuh yang ternyata adalah ayah dan ibunya.
Julianus begitu terpukul saat mengetahui kebenarannya. Setelah berhari-hari menangis dan meratap, Julianus lalu bersumpah untuk menjalani sisa hidupnya dengan laku silih dan mencari pengampunan atas segala dosa-dosanya. Dalam upaya mencari penebusan dosa, ia dan istrinya lalu menjual segala harta milik mereka lalu berziarah ke berbagai tempat perziarahan yang ada di Eropa Barat. Tujuan akhir perziarahan mereka adalah kota Roma, Italia.
Dalam perjalanan pulang, Julianus melanjutkan penitensinya dengan membangun rumah sakit gratis bagi para fakir miskin. Ia juga membangun sebuah rumah singgah di tepi sungai Gard (Perancis). Banyak orang telah tenggelam saat menyeberangi sungai Gard, karena itu Julianus mengambil tanggung jawab untuk membawa para penyeberang dengan selamat tiba diseberang sungai secara cuma-cuma.
Julianus menjalani penitensinya dengan sungguh-sungguh. Para pelintas yang dibantunya sering melihat Julianus berlinang airmata saat tengah menyeberangi sungai. Ketika ditanya mengapa; Julianus hanya akan menjawab : “Saya seorang berdosa; semoga TUHAN sudi mengampuni saya.”
Tahun-tahun berlalu dan Julianus serta isterinya tetap setia mengabdikan hidup mereka dengan melayani para orang sakit dan para pelintas yang hendak menyeberangi sungai dengan gratis. Suatu hari di musim dingin; setelah membantu banyak orang menyeberangi sungai, Julianus memberikan tempat tidurnya sendiri demi merawat seorang peziarah tua yang hampir mati kedinginan. Setelah kesehatannya pulih, sang kakek peziarah lalu menyampaikan pesan kepada Julianus, bahwa Tuhan sudah mengampuni dosanya. Lalu kakek tua yang sebenarnya adalah seorang malaikat itu pun menghilang.
Kisah penitensi santo Julianus sangat populer di masa lalu. Namun saat ini, banyak sarjana meragukan nilai historisnya. Banyak yang berpendapat bahwa kisah santo Julianus hanyalah sebuah legenda atau sebuah kisah rohani dari abad ke-4 yang secara keliru telah dicatat sebagai sejarah.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu: Santo Paus Gregorius II : 12 Februari
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.