JONAS Hidup pada abad ke-4, berasal dari Beth-Asa, Persia (saat ini dikenal dengan Iran). Merupakan saudara dari Santo Barachisius, keduanya turut merasakan kepedihan ketika mendengar kabar mengenai penganiayaan umat Kristiani yang dihukum mati serta menghancurkan gereja-gereja dan biara-biara yang dihancurkan oleh Raja Sapor yang saat itu berkuasa memegang pemerintahan. Mereka memutuskan untuk pergi menolong dan menyemangati umat Kristen yang teraniaya itu untuk tetap setia pada Kristus. Walaupun tau bahwa hal yang mereka lakukan mendatangkan resiko, namun hal itu tak menghalangi mereka.
Awalnya apa yang mereka perjuangkan banyak mendatangkan hasil, banyak orang yang berhasil mereka tolong. Selang beberapa waktu kemudian, kedua bersaudara pun tertangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara dan proses penghakiman, mereka dipaksa untuk menyangkal Kristus dan menyembah menyembah matahari, bulan, api dan air agar bisa terbebas dari siksa dan hukuman mati. Tentu saja, mereka menolak, karena apa yang layak untuk disembah hanyalah Allah yang benar dan Esa.
Akibatnya banyak penderitaan yang harus mereka tanggung, tak henti-hentinya mereka berdoa memohon pertolongan Tuhan. Dalam doanya, mereka terus memikirkan bagaimana sengsara salib Yesus yang juga rela berkorban bagi keselamatan manusia. Akhirnya dengan tekat bulat, Santo Jonas dan Santo Barachisius tak gentar walaupun harus menanggung dera dan siksa. Pada akhirnya, mereka dijatuhi hukuman mati namun dengan hati gembira penuh sukacita kekudusan mereka menyambut wajah Yesus dalam kerahiman Ilahi pada 24 Desember 327.
(katakombe.org)
Inpirasimu: Beato Venturino dari Bergamo : 28 Maret
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…