GUIDO dari Anderlecht (Guy of Anderlecht) berasal dari keluarga petani miskin di Anderlecht Belgia. Sejak kecil ia sudah terbiasa bekerja keras diladang keluarganya. Guido suka sekali berdoa. Setiap waktu luang akan ia pergunakan untuk berdoa di gereja. Bahkan saat ia bekerja di ladang; doa selalu menemaninya. Menurut legenda, saat Guido membajak ladang sambil berdoa, seorang malaikat kadang-kadang terlihat mengatur mata bajak agar ia dapat berdoa tanpa mengalami gangguan.
Pastor parokinya amat terkesan dengan kehidupan doa petani muda ini. Ia lalu mempekerjakan Guido di paroki sebagai Sakristan (koster). Tugas Guido sebagai sakristan antara lain: membersihkan gereja, mendekorasi altar, mencuci jubah imam dan kain linen altar, membunyikan lonceng, menyediakan bunga-bunga segar untuk dekorasi, dan menyiapkan segala perlengkapan liturgi yang dibutuhkan dalam ibadah.
Beberapa tahun kemudian, Koster yang penuh pengabdian ini terbujuk untuk menginvestasikan semua uangnya dalam sebuah pelayaran dagang. Ketika kapal yang membawa barang-barang investasinya tenggelam di pelabuhan, Guido merasa bahwa ia sedang dihukum TUHAN karena serakah.
Menyesali dosa keserakahannya, Guido menjalani penitensi dengan menjadi seorang pertapa dan peziarah. Ia berziarah dengan berjalan kaki dari Anderlecht ke kota Roma, lalu berjalan kaki dari Roma menuju Yerusalem. Ia tiba di Yerusalem berbulan-bulan kemudian dan tinggal di kota suci ini selama puluhan tahun. Ditanah tempat kelahiran dan kematian Sang Juruselamat dunia ini Guido mengabdi sebagai seorang pemandu Ziarah Rohani bagi para peziarah lainnya.
Santo Guido tutup usia pada tahun 1012 di Anderlecht, tidak lama setelah ia kembali dari Yerusalem. Ia dimakamkan di pekuburan umum dan makamnya dilupakan orang selama bertahun-tahun sampai ditemukan kembali melalui seekor kuda. Berbagai mujizat mulai dilaporkan terjadi pada mereka yang berziarah dan makamnya ramai dikunjungi umat. Pada tahun 1076 relikwinya dipindahkan ke Gereja setempat.
Relikwi Santo Guido dihancurkan oleh kaum Protestan pada abad ke-18.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu: Santo Yohanes Gabriel Peyboyre : 11 September
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.