GERARDUS Sagredo (Santo Gerardus dari Hungaria) semula adalah abbas (kepala biara) biara Benediktin Santo Georgius di Venesia Italia. Pada sekitar tahun 1020, ia berlayar ke tanah suci Yerusalem untuk berziarah. Namun malang baginya. Badai besar menghempaskan kapal yang ditumpanginya hingga terdampar di pantai Yugoslavia. Disitu ia bertemu dengan saudara-saudaranya para biarawan Benediktin dan tinggal bersama mereka. Santo Maurus, seorang benediktin yang saat itu menjadi Uskup di Pécs (wilayah selatan Hungaria) bersama raja Hungaria Stefanus yang kudus, berhasil membujuk abbas Gerardus untuk tinggal di negeri mereka. Gerardus bahkan diminta menjadi guru pribadi bagi pangeran mahkota Emerik.
Sebenarnya Gerardus tidak suka tinggal di istana. Ia lebih senang tinggal di sebuah pertapaan di hutan, jauh dari kota. Beberapa waktu kemudian, ia diangkat menjadi uskup di Csanád Hungaria Selatan. Penduduk wilayah itu sebagian besar belum mengenal Kristus. Sedangkan mereka yang telah dibaptis pun belum cukup hidup menurut cita-cita Injil. Maka mulailah pekerjaan berat Gerardus.
Siang malam ia menyusuri lorong-lorong di kota dan tanpa mengenal lelah menuruni dan mendaki lembah dan bukit mengunjungi dusun-dusun untuk berkotbah; memberi makan kaum miskin dan gelandangan; menghibur orang-orang jompo dan mengangkut mereka yang sakit dengan kereta ke rumah sakit di kota. Seluruh warga Hungaria segan dan menyayangi Gerardus.
Namun keadaan berubah setelah Raja Stefanus yang kudus itu meninggal dunia. Pangeran mahkota Emerik telah terlebih dahulu meninggal dunia akibat kecelakaan saat berburu babi hutan. Takhtah kerajaan Hungaria jatuh pada keponakan Raja Stefanus yang tidak beriman dan membenci orang Kristen. Raja baru ini melancarkan pengejaran dan penganiayaan besar terhadap umat Kristen.
Uskup Gerardus dengan tekad besar berangkat ke istana dengan maksud ingin menunjukkan jalan yang benar kepada raja yang baru. Namun ditengah perjalanan menuju istana ia disergap oleh tentara kerajaan di tepi sungai Danube. Bagaikan hujan batu mereka melemparinya, sehingga tubuh Gerardus remuk dan akhirnya tak bernyawa lagi. Sebelum gerombolan itu menyingkirkan jenasah yang hancur itu, seorang diantara mereka menghunjamkan tombaknya ke lambung Gerardus dan menembus jantungnya, seperti perbuatan seorang tentara Romawi di Golgota terhadap Tuhan Jesus.
Uskup Gerardus Sigredo tewas sebagai saksi Kristus di tepi sungai Danube pada tanggal 24 September 1048.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu: Santo Paus Linus : 23 September
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.