MENURUT legenda, sebelum dibabtis menjadi seorang Kristen, Eustachius adalah seorang jenderal Romawi bernama Placidus. Ia adalah seorang Jendral yang cakap dan disegani, serta menjadi orang kepercayaan kaisar.
Suatu hari, saat ia sementara berburu rusa di Tivoli dekat kota Roma, Placidus melihat sebuah salib yang bercahaya terang diantara antara tanduk rusa yang hendak dipanahnya. Penglihatan ini mengubah dirinya. Ia kemudian memberikan dirinya untuk dibaptis bersama istrinya, Santa Theopistes dari Roma, dan dua orang putranya, Santo Agapitus dan Santo Theopistus. Placidus sendiri mengganti namanya menjadi Eustachius.
Setelah menjadi seorang pengikut Kristus, serangkaian bencana datang untuk menguji imannya. Ketika ketahuan sebagai seorang Kristen, ia bersama istri dan anak-anaknya ditangkap dan dimasukan kedalam penjara; dan segala harta miliknya disita. Namun, karena ia adalah seorang jenderal yang cakap, ia dipanggil kembali ke dinas militer oleh Kaisar Trajan untuk membantu mengusir pasukan barbar yang hendak mengepung kota Roma.
Eustachius menjalankan tugasnya ini dengan baik, karena itu kaisar kemudian membebaskan beserta seluruh anggota keluarganya yang ditahan. Kaisar berharap mereka akan mempersembahkan korban bakaran kepada berhala sebagai ucapan terima kasih bagi kemenangan militer tersebut.
Namun keluarga ini dengan tegas menolak untuk melakukan kejijikan tersebut. Hal ini membuat kaisar marah dan memerintahkan agar mereka dilemparkan ke dalam kandang singa. Namun kucing besar itu sama sekali tidak menyentuh mereka, malah bermain seperti anak kucing di antara kaki-kaki mereka. Melihat itu, para algojo kemudian memanggang mereka sampai mati di dalam sebuah patung banteng yang terbuat dari perunggu (Hukuman mati Brazen-bull).
Santo Eustachius, Santa Theopistes, Santo Agapitus dan Santo Theopistus menerima mahkota kemartiran mareka pada tahun 188 di Kota Roma, Italia.
Sumber: katakombe.org
Inspirasimu: Santo Nuno de Santa Maria Álvares Pereira : 01 November
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.