St. David memerintah kerajaannya dengan adil dan bijaksana. Ia amat murah hati pada kaum miskin. Semua rakyatnya diijinkan menemuinya kapan saja mereka kehendaki. Ia memberikan teladan baik pada semua orang dengan teladan cintanya akan doa. Di bawah pemerintahan raja kudus ini, rakyat Skotlandia semakin bersatu padu sebagai suatu bangsa. Mereka menjadi orang-orang Kristen yang lebih baik. Raja David membentuk keuskupan-keuskupan baru. Ia mendirikan banyak biara-biara baru. Ia menyumbangkan banyak dana bagi Gereja selama dua puluh tahun masa pemerintahannya.
Dua hari sebelum raja mangkat, ia menerima Sakramen Terakhir. Ia menghabiskan saat-saat terakhirnya dengan berdoa bersama mereka yang menemaninya. Keesokan harinya, mereka mendesak raja untuk beristirahat. Raja David menjawab, “Lebih baik aku memikirkan perkara-perkara Tuhan, agar jiwaku diperkuat dalam perjalanan pulangnya dari pembuangan ke rumah.” Rumah yang dimaksud raja adalah rumah surgawi kita. “Apabila aku berada di hadapan pengadilan Tuhan, kalian tidak akan dapat membelaku,” katanya. “Tak seorang pun akan dapat membebaskanku dari tangan-Nya.” Jadi, ia tetap terus berdoa hingga ajal menjemputnya. St. David wafat pada tanggal 24 Mei 1153.
“Lebih baik aku memikirkan perkara-perkara Tuhan, agar jiwaku diperkuat dalam perjalanan pulangnya dari pembuangan ke rumah.” ~ St. David dari Skotlandia
Teks: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Credit Photo: Santo David I dari Skotlandia, www.katakombe.net
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.