Benediktus dari Aniane lahir di Languedoc, Prancis, pada tahun 750. Pada masa mudanya ia bekerja di Istana raja Pepin (751-768), dan di istana Karel Agung (768-814). Keinginannya yang besar untuk menjadi seorang rahib akhirnya mendesak ia keluar dari istana. Ia lalu menjadi seorang rahib di biara Santo Seine, dekat Dijon.
Di biara ini, Benediktus dengan rajin menata hidupnya sebagai seorang rahib dengan doa dan tapa yang keras. Ia juga dengan tekun mempelajari semua aturan yang ditulis Benediktus dari Nursia, pachomius dan Basilius menyangkut cara hidup membiara.
Ketika abbas biara Santo Seine meninggal dunia, para rahib biara itu memilih dia mejadi pemimpin mereka. Tetapi ia menolak pilihan itu. Sebaliknya ia pergi dari biara itu dan tinggal di rumahnya sendiri di Aniane sambil tetap menjalankan cara hidup membiara. Lama kelamaan banyak pemuda yang datang dan menjadi muridnya. Ia dengan senang hati menerima mereka dan membimbing mereka dalam disiplin hidup yang ketat. Mereka bekerja di sawah sambil menghayati kaul kemiskinan dengan sungguh-sungguh dan berpuasa.
Ketika Louis Pious (814-840) naik takhta menggantikan Karel Agung, ia mengajak Benediktus agar kembali tinggal di dalam biara. Untuk maksud itu, Louis memanggil Benediktus ke Maurmunster di Alsace dan membangun baginya sebuah rumah. Benediktus tinggal di rumah ini dengan tugas memimpin dan membaharui semua biara yang ada di seluruh wilayah kerajaan. Untuk itu ia menyusun aturan-aturan hidup membiara yang mampu menghantar seorang rahib menjadi benar-benar abdi Allah. Ia berhasil dalam tugas pembaharuan hidup membiara yang dipercayakan Louis Pious kepadanya. Keberhasilan ini membuat dia menjasi satu tokoh penting dalam sejarah kehidupan monastik Barat. Pengaruhnya menyamai Benediktus dari Nursia dalam sejarah kehidupan monastik.
Teks: Disusun oleh Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM dalam “Orang Kudus Sepanjang Tahun”
Kredit Foto: Ilustrasi (Santo Benediktus dari Aniane, Abbas)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.