TEKLA adalah seorang gadis bangsawan kafir yang cantik yang hidup pada abad pertama. Ia berasal dari kota Ikonium di Turki. Tekla telah membaca banyak buku filsafat, namun tak ada satu pun yang dapat memuaskan keingintahuannya tentang Pencipta-nya. Doa Tekla untuk mengenal Allah yang satu dan benar terjawab ketika St. Paulus rasul datang untuk mewartakan Injil Yesus di Ikonium. Dari St. Paulus, Tekla juga mengetahui bahwa seorang perempuan dapat menjadi pengantin Kristus apabila ia memilih untuk tidak menikah. Saat itu, Tekla tidak menginginkan yang lain selain dari mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.
Orangtua Tekla yang kafir melakukan segala daya upaya agar ia meninggalkan iman Kristianinya, tetapi ia tetap teguh. Tunangannya, Thamyris, memohon kepadanya untuk tidak membatalkan pertunangan mereka. Tetapi, tekad Tekla sudah bulat. Ia ingin menjadi pengantin Kristus. Pada akhirnya, karena amat marah, Thamyris mengadukan Tekla ke pengadilan. Tekla tidak juga mau mengingkari cintanya kepada Yesus, karenanya ia dijatuhi hukuman dengan dibakar sampai mati. Gadis cantik tersebut dengan berani menyongsong maut. Namun, dikisahkan bahwa segera setelah api dinyalakan, datanglah badai dari surga untuk memadamkannya. Kemudian Tekla dijatuhi hukuman mati dengan dijadikan mangsa singa-singa yang kelaparan. Namun demikian, sekali lagi Tuhan menyelamatkan nyawa Tekla. Bukannya menerkam, binatang-binatang buas itu malahan mendekatinya dengan jinak, berbaring di sisinya, lalu menjilati kaki Tekla, bagaikan anak kucing saja. Pada akhirnya, karena ketakutan, hakim membebaskan Tekla. Tekla mengasingkan diri ke sebuah gua di mana ia tinggal seumur hidupnya. Ia berdoa serta mewartakan Tuhan Yesus kepada orang-orang yang datang mengunjunginya.
Bagi Tekla, diperlukan suatu keberanian besar untuk mengikuti panggilan hidupnya dan panggilan Yesus. Bagaimana aku ditantang untuk mengikuti panggilan hidupku?
Sumber: yesaya.indocell.net
Inspirasimu: Santo Thomas dari Villanova : 23 September
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.