Santa Helena adalah istri dari kaisar Romawi Konstantinus Klorus dan ibu dari Kaisar Konstantinus Agung, seorang tokoh penting dalam sejarah Kristen.
Helena terlahir dengan nama Flavia Julia Helena pada sekitar tahun 246 atau 250 Masehi di Drepanum (kota ini kemudian dikenal sebagai Helenopolis atau kota Helena). Tidak banyak catatan tentang masa awal kehidupan St.Helena. Sedikit keterangan diperoleh dari buku yang ditulis oleh Santo Ambrosius “Oratio de obitu Theodosii” yang menyebut St.Helena sebagai seorang “Bona Stabularia” atau “Pelayan yang baik”. Hal ini mungkin untuk menggambarkan bahwa pada masa remajanya St.Helena adalah seorang pelayan atau setidaknya biasa melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kasar seperti yang dikerjakan oleh para pelayan. Namun rencana Tuhan bagi Helena sungguh indah dan luar biasa. Tidak ada yang pernah menyangka kalau wanita bersahaja dari kota kecil ini kelak akan menjadi wanita yang paling berkuasa diseluruh kekaisaran Romawi.
Namun belum lama hidup berbahagia bersama suami dan putranya; Helena harus menghadapi cobaan yang berat. Karena tekanan politik; pada tahun 289 Konstantinus Klorus terpaksa menceraikan Helena dan menikah dengan Theodora, putri dari Kaisar Maximianus. Helena sedih, namun dapat menerima perceraiannya dengan tegar. Ia juga tetap tegar saat dibuang ke Nikomedia bersama anaknya Konstantinus, karena ketahuan sebagai seorang Kristen. Helena percaya dan berserah diri sepenuhnya kepada Yesus. Ia yakin Yesus tidak akan pernah meninggalkannya. Kesucian hidup dan keteguhan hati Helena selama hidup di pengasingan membawa kesan mendalam bagi Konstantinus. Ia mengagumi Helena, dan memuja ibunya sebagai satu-satunya wanita yang akan ia patuhi.
Helena dan putranya masih berada di tempat pembuangan saat mantan suaminya Konstantinus Klorus dinobatkan sebagai Kaisar pada tahun 305. Namun kematian mendadak suaminya pada tanggal 25 Juli 306, mengubah jalan hidup mereka. Saat sedang sekarat; Kaisar Konstantinus Klorus menunjuk anaknya Flavius Valerius Aurelius Konstantinus Augustus, Putra Helena, sebagai penggantinya. Karena itu sesaat setelah kematian ayahnya; Konstantinus pun dinyatakan sebagai kaisar yang baru. Ia dijemput dari Nikomedia, dan segera dinobatkan sebagai kaisar.
Helena sangat bersyukur atas berkat Tuhan yang ia terima. Namun masih ada suatu hal yang sangat menyusahkan hatinya. Walau sang kaisar sangat menghormatinya, namun putranya itu belumlah dibabtis menjadi seorang Kristen dan hidup dalam kekafiran sebagaimana kehidupan para bangsawan Romawi lainnya. Dengan tekun Helena terus berdoa memohon agar suatu hari nanti anaknya akan dimenangkan dalam iman. Dan tidak berapa lama kemudian doanya pun dikabulkan Tuhan. Putranya; sang Kaisar Kerajaan Romawi dibabtis menjadi seorang Kristen.
Ada beberapa tradisi yang berbeda tentang kisah pembabtisan Kaisar Konstantinus. Sebuah legenda mengatakan bahwa Konstantinus terserang penyakit Kusta lalu disembuhkan dan dibabtis oleh Paus St.Sylvester I. Ada juga legenda lain yang menyebutkan bahwa sebelum dibabtis oleh Paus Sylvester I, Konstantinus sudah menjadi seorang pendukung kekristenan setelah kemenangannya dalam perang melawan Maxentius.
Konstantinus merasa bahwa Tuhan menghendaki dia bersama pasukannya bertempur dengan memakai tanda itu. Segera ia memerintahkan seluruh pasukannya berperang di bawah panji Salib suci. Konstantinus menang mutlak atas Maxentius dan memasuki kota Roma dengan jaya. Konstantinus bersama pasukan – pasukannya dielu – elukan oleh seluruh umat Kristen, yang selama ini teraniaya. Karena kemenangan ini, Konstantinus kemudian memberikan dirinya untuk dibabtis oleh paus santo Sylvester I.
Santa Helena; seorang gadis bersahaja dari sebuah kota kecil, telah dipilih Tuhan untuk berperan dalam membebaskan umat-NYA dari penganiayaan yang telah berlangsung selama lebih dari 3 abad. Ia menjalani sisa hidupnya dengan tenang sebagai Ratu Kekaisaran Romawi Kristen sampai tutup usia pada tahun 330.
Sumber : Katakombe.Org
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.
Komentar ditutup.