Saudara-saudari….
Mungkin ada di antara kita yang masih ingat bunyi Injil pada hari Minggu 11 Desember 2016 dan kemarin hari Rabu 14 Desember, dari Lukas 7:19-23? TentangYohanes Pembaptis, yang lagi di Penjara, menyuruh dua muridnya untuk bertemu Yesus Kristus dan bertanya kepada-Nya: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Dari pertanyaan Yohanes Pembaptis ini kita bisa bayangkan keadaan bathin beliau. Secara pribadi saya membayangkan ketidak-nyamanan dalam dirinya. Sebagai pewarta dan penyiap jalan bagi Mesias, yang kini diringkus dalam penjara, yang hidupnya ada di bawahtangan orang lain, mungkin dia mau mendapat konfirmasi pasti dari Yesus tentang diri-Nya, siapakah Dia sesungguhnya. Informasi ini sangat-sangat penting bagi para muridnya karena merekalah yang akan meneruskan tugas Yohanes Pembaptis. Saya juga membayangkan fokus perhatian Yohanes Pembaptis, walaupun badannya ada di dalam penjara, tetapi pikiran dan hatinya masih melekat pada tugas pewartaannya. Penjara tidak memenjarakan tugas panggilannya. Tugas panggilannya tetap dijalankan lewat mendorong para muridnya untuk mendekatkan diri secara langsung kepada Kristus. Walapun tubuhnya diringkus dalam penjara tetapi imanYohanes tetap teguh tidak tergoyahkan. Ia tetap memuji dan memuliakan Tuhan. Ia selalu dan tetap menganggap dirinya tidak berarti di depan Yesus Kristus. Sewaktu pembaptisan di Yordan, sewaktu Yesus mendekati dia untuk dibaptis, Yohanes berkata kepada Yesus: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau datang kepadaku? Mt 3:14. Dengan penuh kerendahan hati Yohanes berkata kepada para muridnya: “Ia yang lebih berkuasa daripadaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” Lukas 3:16. Singkatnya bahwa Yohanes sangat mengagumi Yesus Kristus dan dia sungguh percaya bahwa Dialah Mesias, yang selalu dinantikan kedatanganNya.
Saudara-saudari…
Hari ini kita mendengar pernyataan Yesus Kristus tentang Yohanes Pembaptis. Yesus berkata kepada orang banyak: “Benar katamu bahwa Yohanes adalah nabi, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu di hadapan-Mu. Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namum yang terkecil dalam kerajaan Allah lebih besar dari padanya.” Lukas 7:27-28. Satu pernyataan yang tulus dari Yesus Kristus tentang Yohanes. Yesus mengakui bahwa Yohanes adalah utusan Allah, yang menyiapkan jalan bagiNya. Ia adalah nabi, bahkan lebih dari seorang Nabi. Satu pengakuan yang tulus dan penghargaan yang besar buat Yohanes. Kalau saja Yohanes ada di sekitar Yesus dan mendengar langsung pengakuan dan penghargaan Yesus akan dirinya, pasti dia rasa bahagia dan penuh sukacita. Yesus dan Yohanes saling mengakui dan menghargai peran dan tanggungjawab masing-masing. Yesus dipuji olehYohanes, tetapi pujian itu tidak membuat Yesus sombong dan lupa diri, demikian pun Yohanes, ia dipuji oleh Yesus tetapi pujian itu tidak membuatnya merasa lebih dari yang lain. Keduanya tetap tunjukkan sikap rendah hati kepada orang lain.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga selalu mengakui kehebatan sesama dan dengan tulus mengakui kehebatan mereka? Di saat kita mendapat pujian dan penghargaan dari sesama karena keberhasilan atau karena kebaikan kita, bagaimana reaksi kita?
Saudara-saudari…
Injil hari ini mengingatkan kita untuk saling mengakui dan menghargai kebaikan dan kehebatan sesama. Ucapan terimakasih dan memberi sedikit tanggapan positip atas kebaikan dan usaha sesama kita adalah salah satu bentuk ungkapan iman.
Bagaimana sikap kita dalam keluarga? Apakah bapa dengan tulus ucapkan terimakasih kepada mama pada waktu jam makan – misalnya – karena Mama sudah menyiapkan makanan untuk kita? Apakah anak-anak selalu ucapkan terimakasih kepada bapa mama karena mereka selalu hadir dan melayani kebutuhan anak-anak? Apakah orangtua selalu memberi dukungan dan penghargaan kepada anak-anak di saat mereka berhasil? Bagaimana sikap orangtua kalau ada anaknya yang gagal dalam studi?
Marilah saudara-saudari… Saling menghargai dan mengakui kehebatan sesama secara tulus adalah salah satu bentuk expresi iman yang harus kita wujud-nyatakan dalam kehidupan kita.
Kita berdoa semoga Tuhan selalu menggerakkan hati dan pikiran kita agar kita dengan spontan ekpresikan rasa syukur dan terimakasih kepada sesama kita.
Kita memohon Bunda Maria, BundaYesus Kristus untuk mendoakan kita. Amin!
Misionaris SVD yang berkarya di Papua New Guinea. Bertugas sebagai pembina para frater SVD dan mengajar di Catholic Theological Institute di Bomana Port Moresby dan mengajar di Xavier Institute untuk para suster dan bruder yang mau menyiapkan diri untuk mengikrarkan kaul-kaul kekal, dan membantu mereka yang bekerja di lembaga pembinaan para religious di Papua New Guinea.