Bacaan:
Hos. 8:4-7,11-13; Mzm. 115:3-4,5-6,7ab-8,9-10; Mat. 9:32-38. BcO Ams. 8:1-5,12-36
Bacaan Injil Mat. 9:32-38:
32 Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. 33 Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” 34 Tetapi orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.” 35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Renungan:
Suatu kali aku naik perahu. Salah satu penumpang di perahu itu adalah seorang guru SD. Katanya satu orang guru bisa bertanggungjawab pada 6 tingkat kelas. Dia masih merasa beruntung karena di sekolahnya ada teman guru lain. Kegiatan belajar mengajar pun sangat tersendat. Pada masa2 tertentu para murid lebih senang ke ladang daripada ke sekolah. Dan pada masa yang lain mereka tdk punya guru karena sang guru sakit atau lagi ada acara.
Dalam situasi seperti itu, terasa sekali kebutuhan hadirnya seorang guru. Kehadiran mereka akan menuntun para siswa mencapai titik merasa perlu bersekolah dan pada saatnya merasakan kepentingannya bersekolah. Kala adanya guru sangat terbatas maka proses pembiasaan hidup belajar para siswa pun akan suam-suam kuku apalagi untuk mencapai suatu prestasi.
Kawanan domba tetap membutuhkan hadirnya gembala. Panenan yang berlimpah memerlukan para penuai. Ketiadaan mereka akan membuat segala yang berlimpah menjadi sia2.
Kontemplasi
Pejamkan matamu. Bayangkan kau ikut misa hari Minggu. Ditunggu 1, 2, 5, 10 menit Ramanya tidak muncul. Seorang bapak naik mimbar dan mengatakan: maaf hari ini tidak ada misa, Rama sakit dan sedang dibawa ke RS..
Refleksi:
Apa yang perlu dilakukan agar minat panggilan Imam, Bruder dan Sr tetap ada dan berkembang?
Doa:
Tuhan utuslah para pekerja, guru, “penuai” yang mampu mengolah segala rejeki yang Kauberikan secara berlimpah. Semoga aku pun tidak menyia2kan dan menelantarkan rahmat yang selalu Kaulimpahkan kepadaku. Amin.
Perutusan:
Aku akan membantu menjaga kawananNya dan menuai panenanNya.
Imam diosesan (praja) Keuskupan Agung Semarang; Ketua Komisi Komsos KAS.