MIRIFICA.NEWS, GUNUNGSITOLI – “Coba lihat, bagaimana pewartaan sekarang ini: tulisan renungan begitu-begitu saja bentuknya? Bagaimana kita bisa mempertahankannya?” tanya Kunto kepada mahasiswa STP Dian Mandala di Rumah Pertapaan Laverna, Gunungsitoli, Nias. Sang fasilitator menyajikan fenomena Gereja Katolik yang mulai ditinggalkan karena kehilangan daya tarik. “Jangan sampai kita kalah dengan katekis bisnis (penjual),” tegasnya disambut tawa.
Kunto menekankan, kita perlu terus berpikir kreatif supaya pewartaan bisa terus diterima perkembangan zaman. “Menurut saya, Gereja perlu lebih artikulatif dalam promosi,” inilah cara Kunto memotivasi para calon katekis ini untuk terus menghasilkan karya tulis yang dapat bersaing dengan tulisan sekuler baik secara isi dan promosi.
“Kedalaman teman-teman dalam menghubungkan hal yang sederhana dan pembahasan yang kompleks akan menentukan apakah tulisan teman-teman layak diterbitkan atau tidak,” ujar Kunto. Sudah saatnya Gereja Katolik sebagai raksasa yang tertidur, untuk bangkit, mulai berkarya dan menunjukkan kemampuan yang selama ini mungkin belum disadari oleh para aktivisnya.
“Sudah pukul 15.05, mari kita mulai menulis opini!” seru Kunto seraya menutup brainstormin motivasi tersebut.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.
