DIKENAL sebagai pribadi kutu buku, Soekarno memang suka membaca buku-buku. Ia menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku, terutama buku-buku ilmiah. Ketika ia diasingkan ke Bengkulu, sejumlah buku koleksinya dibawanya serta. Hingga kini, buku-buku koleksi Soekarno masih tersimpan rapi di ruang baca Rumah Pembuangan Soekarno di Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
Buku-buku tersebut tersimpan dalam lemari kaca di ruang kerja Soekarno. Jumlahnya ratusan, tersimpan terpisah dalam dua lemari kaca bersusun tinggi. Koleksi buku Presiden pertama tersebut rata-rata berbahasa asing. Beberapa buku berbahasa asing itu di antaranya adalah buku-buku tentang Gereja Katolik. De Katechismus van de Katholieke Kerk, sebuah buku yang memuat pengajaran iman Katolik. Dua koleksi buku Katolik lainnya milik Soekarno adalah De Katolieke Jeugdbubel dan Christianity.
Kondisi fisik ketiga buku tersebut boleh dibilang masih lebih baik dibanding buku-buku lainnya. Jika sebagian besar koleksi buku yang tersimpan di cagar budaya itu sudah tak sempurna lagi, kusam, dan telah kehilangan sampul karena dimakan ngengat, nasib ketiga buku itu masih beruntung. Dengan sampul yang masih sempurna, meski tampak ada sobekan kecil, membuat judul buku masih bisa dibaca dengan jelas.
Selain terdapat koleksi buku, di rumah pengasingan seluas 40.434 meter persegi tersebut juga terdapatranjang besi yang pernah dipakai Soekarno dan istrinya saat itu, Inggit Ganarsih. Ada pula sepeda ontel bekas Soekarno yang dipajang di lemari kaca. Ban sepeda tersebut sudah tak lagi utuh, termakan usia. Selan itu, di bagian ruang tamu ada meja kursi yang pernah dipakai Soekarno. Di belakang meja kursi tamu terdapat satu lemari buku lagi.
Rumah bekas tempat pengasingan Soekarno tercatat pernah difungsikan sebagai markas perjuangan PRI dan kantor stasiun Radio Republik Indonesia. Terakhir, bangunan tersebut digunakan sebagai kantor pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.