St. Waltrudis merasa bahagia sebab Tuhan memberinya sebuah keluarga yang luar biasa. Tetapi, ia harus banyak menderita juga sepanjang hidupnya. Perempuan-perempuan yang iri hati menyebarkan gosip-gosip yang amat jahat mengenainya. Para perempuan itu tidak memiliki hati selembut dan semurni hati Waltrudis. Mereka tidak suka orang beranggapan bahwa Waltrudis lebih baik dari mereka. Jadi, mereka mengatakan Waltrudis berdoa dan melakukan perbuatan-perbuatan baik hanya sebagai suatu cara untuk menutupi dosa-dosa rahasianya yang mengerikan. Tentu saja hal itu tidak benar, tetapi Waltrudis tidak berusaha membela diri. Ia merenungkan bagaimana Yesus harus menderita di salib, dan seturut teladan-Nya, ia mengampuni mereka semua.
Tak berapa lama setelah kelahiran anak mereka yang terakhir, St. Vincentius mengemukakan bahwa ia sungguh ingin hidup sebagai seorang rahib. Sesungguhnya, ia ingin melewatkan seluruh sisa hidupnya dalam biara. Waltrudis mengerti dan memberikan ijin kepada suaminya. St. Vincentius mengatur agar segala kebutuhan keluarganya tercukupi. Pasangan bahagia itu akan saling merindukan satu sama lain. Namun demikian, Waltrudis tidak hendak menahan suaminya. Ia rela berkurban bagi Tuhan.
Kadang kala kita mengalami saat-saat menyedihkan dalam hidup. Kita secara khusus berdoa mohon keberanian untuk bertindak seperti yang akan dilakukan Yesus dalam situasi-situasi demikian dan merasakan penghiburan-Nya.
Teks: “Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.
Ilustrasi: Santa Waltrudis, en.wikipedia.org
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.