St Soter juga membantu umat Kristen yang jauh dari Roma. Paus yang kudus ini sungguh seorang pengkhotbah yang ulung. Segenap umat Kristiani senang mendengarkannya menjelaskan iman. Ia berbicara dengan kasih yang begitu rupa. Ia mengilhami mereka untuk dengan gagah berani mati demi Yesus daripada mempersembahkan kurban kepada berhala-berhala. St Soter sendiri menyerahkan nyawa demi Yesus pada tahun 174 setelah melewatkan masa pontifikat selama sepuluh tahun.
St Caius adalah seorang paus sekitar seratus tahun sesudahnya. Ia juga hidup pada masa penganiayaan. Paus Caius melakukan segala daya upaya yang dapat dilakukannya demi mempersiapkan umat untuk senantiasa berpegang pada iman meski harus berkorban. Agar dapat lebih menolong umatnya, Caius hidup delapan tahun lamanya dalam ruang-ruang bawah tanah yang disebut katakomba. Katakomba adalah makam-makam di mana umat Kristiani biasa berkumpul secara sembunyi-sembunyi untuk berdoa dan menyambut sakramen-sakramen. Inilah tempat persembunyian mereka dari para prajurit kafir yang kejam. Umat Kristen tahu bahwa mereka akan dibunuh jika tertangkap. St Caius melewatkan masa pontifikat selama duabelas tahun. Kemudian, ia pun wafat sebagai martir pada tahun 296.
Marilah kita berdoa agar kiranya Tuhan memberikan kekuatan serta keberanian kepada mereka yang dianiaya di seluruh penjuru dunia karena mereka adalah umat Kristen.
Sumber: “Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Ilustrasi: St. Soter dan St. Caius, magnificat.ca
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.