Uskup Nerses menjunjung tinggi panggilan biarawan. Ia ingin memulai biara-biara baru. Ia mendirikan rumah-rumah sakit dan mendorong orang-orang kaya untuk hidup jujur dan murah hati terhadap sesama. Raja Arshak tidak mengamalkan hidup yang baik. Ketika ia membunuh isterinya, Olympia, Uskup Nerses secara umum mengutuk kejahatan keji ini. Raja mengusir Uskup Nerses dari keuskupannya dan menunjuk seorang uskup lain.
Di kemudian hari, Raja Arshak terbunuh dalam peperangan melawan bangsa Persia. Puteranya naik takhta menjadi raja. Sayang, puteranya ini melakukan lebih banyak kejahatan dibanding ayahnya. Uskup Nerses berupaya memperbaiki perilakunya. Raja yang baru itu berpura-pura menyesal. Kemudian raja mengundang uskup ke istananya untuk suatu perjamuan makan malam guna menunjukkan niat baiknya. Tetapi racun dibubuhkan dalam hidangan yang disajikan dan Uskup Nerses tewas di sana, di meja makan sang raja. Uskup Nerses dianggap sebagai martir dan bangsa Armenia menyebutnya “agung”.
Sebagai seorang pemimpin, St Nerses melaksanakan tanggung jawabnya dengan sungguh untuk berbicara menyampaikan kebenaran.
Sumber: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Kredit Foto: St. Nerses, http://hygradaran.weebly.com/
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.