Namun demikian, gadis malang ini berbicara kepada Tuhan dan ia ingat bahwa Tuhan senantiasa bersamanya sepanjang waktu. Setiap hari ia selalu ambil bagian dalam Perayaan Misa. Ia meninggalkan kawanan dombanya dalam penjagaan malaikat pelindungnya. Tak pernah sekali pun domba-domba itu keluar melewati batas tongkat gembalanya yang ia tancapkan ke tanah.
Germana seringkali mengumpulkan anak-anak kecil dan mengajarkan iman kepada mereka. Ia ingin agar hati anak-anak itu dipenuhi cinta Tuhan. Semampunya, ia juga berusaha membantu mereka yang miskin. Ia membagi sedikit makanan yang diberikan kepadanya dengan para pengemis. Pada suatu hari di musim dingin, ibu tirinya menuduh Germana mencuri roti. Wanita itu mengejarnya dengan tongkat. Tetapi, yang jatuh dari celemek baju Germana bukanlah roti, melainkan bunga-bunga musim semi.
Sekarang, orang-orang tidak lagi memperoloknya. Malahan, mereka mengasihi dan mengaguminya. Ia boleh tinggal dalam rumah ayahnya, tetapi Germana memilih untuk tetap tidur di kandang. Hingga, suatu hari pada tahun 1601, ketika usianya dua puluh dua tahun, ia ditemukan wafat di atas tempat tidur jeraminya. Hidupnya yang sarat dengan penderitaan sudah berakhir. Tuhan mengadakan mukjizat-mukjizat untuk menunjukkan bahwa ia seorang kudus.
Dalam penderitaan, kita senantiasa dapat datang kepada Yesus dan mohon pertolongan-Nya. Mengijinkan-Nya tinggal dalam hati kita adalah hal paling mesra yang dapat kita lakukan dalam membina hubungan dengan Yesus, teristimewa ketika kita menerima-Nya dalam Komuni Kudus.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.