SUBUH di Jalan Ampel, Yogyakarta, tepatnya di Kapel Provinsialat Frater CMM, kami awali hari dengan perayaan ekaristi. Sebelum mulai, lagu Indonesia Raya kami kumandangkan dengan perasaan penuh syahdu menyusul korban syukur yang dipimpin Kanis, imam projo kelahiran Ende tempat Bung Karno mendapat ilham Pancasila. Saya yang cuma tinggal beberapa hari di rumah ini mendampingi Romo Kanis.

Sementara dari tetangga sebelah rumah, terdengar derap langkah tegap para siswa yang sedang menyiapkan diri memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 dengan upacara bendera. “Siap grak! Maju jalan! Hormat bendera grak!,”suara para murid SMA De Brito menjadi selingan suasana ibadah syukur, Jumat (17/8), pagi itu.

Kostum liturgi putih menandakan sukacita mewarnai ibadah pagi ini. Aura perayaan kemenangan makin lengkap berkat tangan-tangan terampil para frater yang menghiasi kapel dengan beberapa kain berwarna merah putih. Bendera merah putih menggantung di samping salib dan tabernakel. Altar dan pot-pot bunga dibalut kain serba merah putih. Bahkan lagu-lagu pengiring ekaristi m

ulai dari pembukaan, antarbacaan, persembahan, komuni dan penutup bernuansa kemerdekaan.

Bacaan-bacaan Kitab Suci demikian juga. Tiga bacaan, pertama dari Kitab Putera Sirakh, kedua dari Surat Kedua Santo Petrus dan Injil dari Matius menggemakan relasi istimewa antara penguasa dan rakyat, sesama warga negara serta antara Allah dan manusia. Pesan pokoknya, kita semua dipanggil untuk merdeka. Karena itu mengabdilah satu sama lain dalam cinta kasih.

Karena itu, usai ekaristi, enam frater yang berasal dari Ende, Lembata dan Adonara, Manado, Sumatera Utara dan Nias dengan wajah gembira dan ceria berjabat tangan satu sama lain sambil berseru “merdeka”. Inilah wajah Indonesia yang tercermin lewat asal usul kami. Beragam suku dan budaya namun hidup rukun dan damai dalam satu komunitas cinta, di Ampel, Papringan, Yogyakarta.

Penulis : Romo Dominikus Doni Ola Pr