MIRIFICA.NET – Teolog dan Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Romo Mutiara Andalas SJ mengundang para Ketua dan Pegiat Komsos di seluruh keuskupan untuk tidak memandang fenomena metaverse dengan nyinyir. Melainkan mencoba menangkap spirit yang mau dibawa dengan terminologi baru ini.
“Pembicaraan tentang metaverse nanti menjadi tempat istimewa bagi evangelisasi terbarukan,”ujar Romo lulusan Jesuit School of Theology di Santa Clara, Berkeley, Amerika Serikat dalam webinar yang diselenggarakan Komsos KWI bertajuk Gereja di Era Metaverse, Jumat (18/3/2022)
Kalau menggunakan gagasan Marc Prensky, seorang pakar pendidikan, Andalas menyebutkan bahwa kita tidak lagi menjadi digital alien atau adaptif. Posisi itu, tidak cukup. “Bahkan menjadi digital imigran pun bukan sesuatu yang maju,”ujar Andalas.
Saat ini di Gereja Katolik, menurut Andalas, kita terutama berjumpa dengan generasi digital z dan alpha yang menggairahkan diskusi kita tentang gereja pada era metaverse. “Kita bisa membayangkan ruang doa, persekutuan yang berciri inovatif, menarik dan penuh arti bagi para warga kota besar,”ujar pria asal Jumapolo, Jawa Tengah ini.
Dalam Dokumen Evangelii Gaudium No.73, Andalas menyebutkan, Gereja Katolik ingin menjadi sekurang-kurangnya salah satu penafsir atau pembangkit makna. Kini, kata Andalas, apakah gereja masih menjadi penafsir atau terseret dalam dunia yang kita hidupi sekarang?
Jangan Hilang Gairah
Salah satu yang membuat kita mandeg (berhenti) atau mengalami difabilitas, menurut Andalas adalah ketika kita sudah kehilangan parrhesía, gairah. Hilangnya gairah ini, karena kita lari ke tempat yang aman. Hidup dalam dunia sempit, mapan, pengulangan yang tetap, nostalgia, pesimisme, dan masih banyak lagi.
“Misalnya di hadapan metaverse, kita langsung nggak berdaya. Itu merupakan bentuk pesimisme. Paus Paulus VI sudah pernah menyatakan bahwa pewartaaan yang kurang gairah tidak akan menghasilkan apa-apa,”ujar Andalas.
Secara teologis, Allah dialami sebagai kebaruan abadi, kata Andalas. Allah bergerak melampaui segala yang sudah kita ketahui ke pinggiran dan perbatasan. “Maka gereja juga perlu berada, menjangkau sampai wilayah frontier, pinggiran atau perbatasan,”ujar Andalas.
Semangat ini, kata Andalas menggemakan kembali panggilan gereja terutama ketika dia (gereja) beranjak dari peradaban mimbar ke antena dan peradaban baru yang saat ini disebut metaverse. Gereja, kata Andalas, tidak hanya ingin menjangkau sejauh mungkin melainkan juga perlu sedalam mungkin hati yang menerima pesan pewartaan.
Tidak Keder
Maka syarat yang perlu ada, kalau mau mengejar dunia saat ini, menurut Andalas, gereja, terutama yang terlibat di dalamnya tidak menjadi para birokrat. “Anda semua adalah misionaris yang memiliki parrhesía, gairah, dan antuasiasme.”tegas Andalas. Di hadapan metaverse, Andalas mengajak para pegiat komsos memiliki keberanian apostolik, tidak keder dengan dunia yang semakin bergerak ke arah metaverse. Karena bila kita tidak melakukan, gereja berhenti menjadi museum kenangan masa lalu.
Andalas berharap agar fenomena metaverse justru mendorong semua orang termasuk para pekerja komsos membarui diri. Metaverse, menurut Andalas menjadikan kita kembali kepada kemudaan gereja. Karena itu, bentuk-bentuk kemandagen pastoral, pewartaan perlu diatasi. “Juga posisi kita yang sering defensif terutama dalam dialog dengan budaya-budaya baru yang sekarang ini punya pengaruh dalam kehidupan religius terutama generasi z dan alpha,”ujar Andalas.
Selain menghadirkan Romo Andalas, webinar juga menghadirkan Pakar Teknologi Informasi Prof. Eko Indrajit serta Konsultan Pengembang SDM Frans Budi Santika. Dihadiri oleh ratusan pegiat komsos, Ketua Komsos Keuskupan dan para aktivis di bidang pewartaan, acara webinar ini sekaligus menjadi pembuka rangkaian Perayaan Hari Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) yang memuncak pada 29 Mei 2022.
Penulis: Abdi Susanto
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.