DASAR teologi komunikasi sosial itu ada di komunikasi Trinitaris. Allah yang mewahyukan diri kepada manusia melalui Yesus. Lalu Yesus hadir untuk mewujudkan kehendak Allah. Seperti digambarkan dalam kitab suci, sifat komunikasi Trinitaris antara Allah Bapa dan Yesus tidak bisa dipisahkan, tidak ada yang merasa penting satu dengan yang lain.
“Ini yang menjadi model komunikasi Kristiani, komunikasi kita. Maka setiap kali kita berkomunikasi dengan orang lain, juga harus seperti mereka, tidak membawa perpecahan. Tujuannya komunio, persekutuan, persaudaraan. Karena itu, komunikasi suami istri, bapa mama, antar orang muda juga harus ke arah itu.” ujar Sekretaris Eksekutif Komisi KOMSOS KWI, RD Kamilus Pantus di acara Forum Dialog dan Literasi Media, di Lembang, Sabtu (14/10/2017).
Maka, lanjut Kamilus, ketika ada satu bentuk komunikasi yang membawa perpecahan, ini menjadi musuh komunikasi Kristiani. Ketika kita menjadi komunikator yang memecah, berarti melawan tujuan komunikasi Kristiani.
Selain membaca relasi Trinitaris, teologi komunikasi juga tersirat dalam ekaristi. Dalam konsekrasi ada kata, inilah tubuhku, terimalah dan makanlah. Kita yang hadir dalam ekaristi, ambil bagian dalam meja yang sama dan makan roti yang sama.
Jangan takut hoaks
Mengutip pesan Paus untuk hari komunikasi ke-52, Kamilus menyebutkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan manusia. Juga tidak membiarkan manusia sendirian.
“Dia menemani kita menghadapi realitas kehidupan. Karena itu di tengah beredarnya kabar-kabar hoaks dan kurang menyenangkan kita tidak boleh takut. Jangan takut dengan hoaks. Orang Muda Katolik tidak boleh takut hoaks,”ujar Kamilus.
Kamilus menegaskan, hoaks harus dihadapi dengan menjadi agen kabar baik. Kalau kabar baik itu tidak mempunyai nilai jual secara jurnalistik buatlah bahwa kabar baik itu bisa menguatkan iman dan membesarkan harapan. “Ini panggilan untuk semua orang tanpa pandang bulu. Baik itu paus, uskup, imam, atau siapa saja,”tegas Kamilus.
Jadilah kabar baik dengan lensa kaca mata Yesus dalam memandang salib. “Meski pahit tapi harus dihadapi dengan keberanian,”tegas Kamilus.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI