Tokoh awam Katolik yang juga guru besar bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali mengaku prihatin dengan berbagai persoalan yang akhir-akhir ini terjadi di lingkungan sekolah Katolik. Rhenald menyebut kurangnya perhatian terhadap aspek non-kognitif dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah Katolik menjadi sebabnya.
Keprihatinan tersebut disampaikan Rhenald dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Komisi Kerasulan Awam KWI dengan para pejabat Katolik di lingkungan TNI-POLRI dan PNS Eselon 1-3 di Jakarta, Jumat (28/11/).
“Apa yang kurang di lingkungan sekolah Katolik saat ini?”, tanya Rhenald kepada forum pertemuan saat itu.
“Disiplin di sekolah Katolik, ok. Kecerdasan intelektual para guru di bidang matematika, fisika, kimia, dan lain-lain, tidak diragukan. Namun kecerdasan untuk menggunakan kecerdasan yang ada, ini yang kurang mendapat perhatian,” lanjut Rhenald.
Menurut Rhenald, kecerdasan untuk menggunakan kecerdasan merupakan bagian dari aspek non-kognitif berupa upaya untuk memobilisasi segala sumber daya terkait perilaku dan tindakan seseorang.
“Munculnya berbagai tindakan dan perilaku yang tidak pantas dari oknum guru, kepala sekolah dan pengurus yayasan di sekolah Katolik saat ini mengindikasikan lemahnya mobilisasi penggunaan aspek non-kognitif,” tegasnya.
Tokoh awam Katolik lainnya, Bernard Dwita Pradana juga ikut bicara soal hilangnya model pembinaan melalui asrama di sekolah Katolik dewasa ini.
“Model pembinaan lewat asrama di lingkungan sekolah Katolik perlahan mulai ditinggalkan. Padahal pola pembinaan anak di asrama telah menjadi kekhasan sekolah Katolik dari dulu,” katanya.
Bernard yang saat ini sedang menjabat sebagai Kepala Direktorat Penelitian dan Pengembangan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, meminta agar segenap komponen Gereja baik hirarki maupun awam perlu menghidupkan kembali model pembinaan anak di asrama yang telah memberi warna dan bobot bagi pendidikan di sekolah Katolik.
Pertemuan yang dipimpin langsung oleh Ketua Komisi Kerasulan Awam KWI, Mgr. Yustinus Hardjosusanto MSF, itu sebelumnya dibuka dengan perayaan ekaristi bersama. Di akhir pertemuan, Mgr. Hardjosusanto berpesan agar kaum awam yang menjadi pilar gereja perlu bersinergi untuk kembali membangun keluarga sebagai sel penting dari sekolah iman.
“Keluarga bukan hanya semata-mata sebuah institusi, keluarga bahkan menjadi gereja domestik, gereja rumah, sekolah iman,” kata Mgr. Hardjosusanto.
(John Wujon,Komsos KWI)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.