Dalam naungan Roh Yesus menjelaskan nubuat nabi Yesaya yang terlaksana dalam diriNya. Dialah Sang Mesias, yang diutus untuk mewartakan kabar suka cita. Tetapi ternyata kehadiran dan pewartaanNya tidak diterima dan dimengerti oleh orang-orang Nazareth. Mereka bukan hanya menolak bahkan berencana untuk menyingkirkan Yesus karena pengajaranNya. Mereka bukannya bersyukur karena mendapat pencerahan atas teks Kitab suci. Mereka tidak bisa memahami, justru merasa tersingung dengan kata-kata Yesus.
Orang-orang Nazareth lebih melihat sosok Yesus dimana keluargaNya mereka kenal baik. Mereka lebih mempertanyakan kuasa dan kehebatan Yesus dari mana berasal. Mereka menyangsikan dan tidak mempercayai ajaran Yesus karena mereka mengenal keluarganya. Penolakan atas Yesus dan ajaranNya karena mereka lebih mempercayai harapan insaninya atas Mesias yang akan datang. Adalah hal yang tidak masuk akal kalau Mesias berasal dari Nazareth dan dari keluarga tukang kayu.
Ajaran Gereja, tradisi suci dan Kitab Suci merupakan sumber iman kekatolikan. Tidak jarang kita lebih mempertanyakan banyak hal tentang pengetahuan iman, tetapi tidak dibarengi dengan pelaksanaannya dalam hidup harian kita. Kita kadang lebih mengedepankan pengetahuan dan meninggalkan penghayatan. Keduanya harus berjalan seiring.
Dalam beriman kita harus tahu apa yang kita imani. Tetapi akal budi kita tidak akan pernah bisa memahami sepenuhnya maka mengundang kita untuk berserah diri dan percaya akan iman kita sebagai suatu kebenaran. Apa yang kita ketahui, dan sikap penyerahan diri kepada Allah harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
Renungan oleh RD. Edy Prasetya
Ilustrasi diambil dari www.fccga.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.