“..puasa..” (Matius 9:14-17)
Ketika kita mendengar kata “puasa”, maka yang pertama terlintas dalam benak kita adalah tidak makan alias menahan lapar. Banyak orang yang mampu menahan lapar dalam jangka waktu tertentu, bahkan sanggup puasa dalam waktu yang lama, walaupun ada juga orang yang tidak sanggup puasa karena alasan kesehatan dan hal lainnya, tetapi pada umumnya orang sanggup menahan rasa lapar. Alasan orang berpuasa pun bermacam-macam. Ada yang karena alasan kesehatan, alasan kecantikan alias ingin langsing, bahkan ada juga orang puasa ‘terpaksa’ karena faktor ekonomi, namun pada umumnya adalah karena alasan keagamaan. Tujuan puasa dalam hidup beragama, sudah pasti demi kemuliaan Tuhan, menambah kekudusan, membuat iman semakin bertumbuh dan juga kasih yang bertambah akan Tuhan, sesama dan alam semesta.
Namun apa yang terjadi? orang Farisi belum mampu memaknai apa arti puasa yang sesungguhnya. Mereka hanya melakukan kewajiban agama, mereka menahan lapar dan sebagainya tapi tidak berdampak positif dan memperbaharui hidup rohani dan hidup bermasyarakat mereka, karena mereka masih sibuk dengan orang lain. Persis seperti peribahasa yang mengatakan balok di seberang lautan dapat dilihat tapi gajah di pelupuk mata tidak dilihat. Mereka belum mampu melihat kedalaman hati mereka, karena sibuk mencari salah orang lain.
Sebagai umat Katolik, kita pun menjalani puasa dalam waktu tertentu yang telah di tentukan Gereja. Yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah puasa yang selama kita jalani hanya sebatas kewajiban agama atau berdampak positif bagi hidup rohani dan hidup bermasyarakat kita? Puasa tidak makan itu mudah, tapi bagaimana dengan puasa mati terhadap keinginan sendiri? Saat ini memang umat Katolik tidak sedang puasa tapi apakah puasa ‘lain’ juga berhenti?
Hari ini Tuhan Yesus mengajak kita berpuasa. Namun bukan puasa yang menahan rasa lapar, tapi berpuasa menahan diri untuk tidak berfikiran negatif, tidak mudah marah atau tersinggung dan hal lainnya yang menjauhkan kita dengan Tuhan dan sesama.
Doa: Tuhan Yesus hari ini bimbinglah aku agar tidak sibuk melihat kesalahan orang lain, tetapi hanya meneliti hatiku, dan memperbaiki kesalahanku agar aku dapat semakin mencintai Engkau, sesama, dan alam ciptaan-Mu.
Niat: Berfikir positif tentang orang lain.
Keterangan foto: Puasa menurut Kitab Suci dari www.hidupkatolik.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.