Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18, Rm. 8:31b-34, Mrk. 9:2-10
KEPEDULIAN ADALAH AWAL DARI PERUBAHA
“Ia yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Rm 8:32)
Apa kiranya yang mendorong para aktivis relawan untuk membantu mengajar di tempat terpencil atau kumuh, dengan semangat yang hidup dan berkobar untuk membawa perubahan pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung, semacam Sokola Rimba-nya Butet dan program Indonesia Mengajar-nya Anies Baswedan? KEPEDULIAN mereka terhadap keadaan memprihatinkan anak-anak usia sekolah yang perlu diperbaiki!
Apa yang awalnya membuat anak-anak autis, hidrosefalus, terlantar, yatim piatu, kaum lansia, difabel, penderita sakit penyakit, korban bencana dan kekerasan serta banyak kaum yang tertinggal, tersisih, tertindas dan terabaikan, punya harapan dan kesempatan baru untuk hidup lebih layak, bertumbuh, bermutu dan berguna? Adalah orang-orang yang punya KEPEDULIAN, yang menggalang dana, usaha dan pengabdian, bersedia bersusah-payah, rela berkorban, mau berjuang agar orang-orang yang perlu dibantu dan dimerdekakan mendapat perlakuan yang layak dan nantinya bisa mandiri.
Apa yang memulai upaya mengangkat dan menyelamatkan manusia dari keterpurukan dosa? KEPEDULIAN Allah yang merelakan Putra-Nya untuk merendahkan diri menjadi manusia, sengsara dianiaya, disalib, dan wafat untuk kemudian bangkit menebus dosa-dosa manusia. Allah yang peduli mengaruniakan segala sesuatu untuk kita dalam kehadiran Yesus Kristus.
Segala perubahan ke arah perbaikan, jika ditelusuri, berawal dari kepedulian orang yang memutuskan untuk berbuat sesuatu. Dengan kata lain, jika ada keterpurukan, keadaan buruk yang carut marut berlarut-larut, jika ditelusuri, akan bermuara pada pembiaran, ketidakpedulian, tidak adanya tindakan yang menghentikan dan memperbaikinya. Ketika orang kehilangan rasa tanggungjawabnya, tak punya rasa ikut memiliki, malas repot, takut berkorban dan kuatir menghadapi kesulitan, maka bencana dan kehancuranlah yang bakal terjadi. Maka benarlah bahwa dosa paling besar adalah tidak berbuat apa-apa.
Lalu, apa yang akan kita lakukan? Melihat sampah berserakan dan tempat kumuh berantakan: biarkan saja atau peduli untuk membersihkan dan menertibkan? Mengetahui ada perbuatan curang dan tidak bermoral: biarkan saja atau peduli berupaya “kampanye” perlunya kejujuran dan etika? Jangan pilih kekacauan, keterpurukan, bencana atau kematian! Jangan lagi tidak peduli! Allah kita telah lebih dahulu peduli! Allah peduli pada keselamatan kita, peduli pada kehidupan, kebutuhan dan kebahagiaan kita. Jangan takut dan jangan kuatir menghadapi tantangan akibat kepedulian kita. Karena kepedulian adalah cikal bakal perubahan yang lebih baik.
Pertanyaan reflektif:
Seberapa peduliku pada kesehatan, perkembangan dan keselamatan diriku? Seberapa peduliku terhadap orang-orang di sekitarku? Dan terhadap lingkungan alam sekitar? Pada ibadahku dan upayaku meneladan Tuhan Junjunganku?
Doa:
Yesus, kami bersyukur karena Engkau telah menebus kami dari dosa. Engkau rela menderita dan mati untuk bangkit agar kami hidup. Engkau peduli akan keselamatan kami. Sementara, kami masih sering takut untuk peduli pada sesama yang membutuhkan pertolongan. Kami mau bertobat dan meneladani sikap pedulimu mulai dengan mendengarkan sabdaMu, lalu melakukannya. Semoga pertobatan kami membawa perubahan dan keselamatan. Amin.
(Shienta D. Aswin)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.