ESEPULUH perintah Allah disampaikan dalam rumusan yang jelas dan kebanyakan adalah berupa larangan langsung yang seharusnya mudah dipahami bangsa Israel (bdk. Kel. 20:3-17), tetapi kita tahu kemudian bahwa perintah yang begitu jelas pun masih dilanggar berulangkali. Ketika menafsirkan arti perumpamaan tentang penabur, Yesus berkali-kali menekankan kesesuaian yang harus terjadi antara ‘mendengar’ dan ‘mengerti’ (bdk. Mat. 13:18-23). Orang bisa saja mendengar, tetapi tidak mengerti; atau mengerti juga, tetapi tidak bertahan karena pengaruh penganiayaan, kekhawatiran dunia, dan tipu daya. Mendengarkan saja belum cukup. Mengerti pun harus disertai dengan kesetiaan untuk bertahan di dalam pengertian hingga pada waktunya dapat berbuah berkali lipat.
Dunia pendidikan kita adalah contoh yang baik untuk melukiskan kesetiaan untuk mengerti. Segera setelah menjalani ujian, para pelajar sering sudah ‘lupa’ akan semua yang dpelajari selama ini. Pengertian kita akan ajaran Kristus pun tidak selalu diikuti dengan kesetiaan untuk melakukan dan bertahan dalam pengertian itu, sehingga buah sukacitanya tidak ditemukan dalam perbuatan kita. Kita seharusnya jangan cepat menyerah di depan kekhawatiran dan kegagalan.
Tuhan, Engkau mengharapkan kesetiaan para pengikut-Mu untuk bertahan dalam pelaksanaan sabda-Mu. Semoga aku dapat diandalkan sebagai murid-Mu, mengerti dan melakukan perintah-Mu dengan sukacita. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2017
Kredit Foto: Dunia pendidikan Katolik/Katolisitas.org
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.