DALAM surat kepada umat di Roma, Paulus memperkenalkan dirinya sebelum ia sendiri datang sebagai tawanan. Kepada mereka, Paulus menyebut dirinya Rasul untuk mewartakan Injil kepada para bangsa dan kepada semua yang dipanggil untuk menjadi kepunyaan Kristus. Kata-kata perkenalannya menunjukkan determinasi Paulus, yang meskipun sudah sekian lama menderita sebagai pengikut Kristus, tetap percaya kepada-Nya tanpa keraguan sedikit pun.
Gereja sepanjang sejarah melahirkan orang-orang seperti Paulus. Tidak sedikit para kudus yang harus mengalami siksa derita, fitnah, atau kesulitan luar biasa dalam hidup mereka demi Injil. Memang benar kata Putera Sirakh, “Emas diuji dalam api, tetapi manusia dalam kancah penghinaan.” (Sir 2,5). “Tidak ada murid yang lebih besar daripada gurunya,” tegas Yesus. Apa yang dialami Yesus, pun harus dialami murid-murid-Nya.
Penderitaan, bagi kita bukanlah sesuatu yang harus dihindari, walaupun bukan sesuatu yang harus dicari pula. Artinya, bukan kita harus tunduk pada sakit atau penderitaan. Kalau sakit, kita perlu cari penyembuhan ke dokter atau melalui doa-doa permohonan kepada Tuhan. Apabila mengalami ketidakadilan, tentu boleh kita mengupayakan keadilan. Namun, apabila memang penderitaan, sakit, dan aniaya itu datang karena kita mengikuti Kristus, kita perlu bersyukur dan berpegang dalam iman karena kita boleh menggenapkan dalam daging kita apa yang kurang pada penderitaan Kristus (bdk. Kol 1,24). *** (RP. Gregorius Paulus, CSE)
Kredit Foto: Paulus dan Barnabas ketika bertemu dan melakukan pengajaran Injil di kota Anthiokia, archive.kaskus.co.id
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.