ALAH satu pertanyaan dibalik pemberian adalah ‘apa motivasinya?’. Ungkapan seperti “ada udang di balik batu” atau “jangan sampai tangan kiri tahu apa yang dibeirkan oleh tangan kanan” menunjukkan bahwa pemberian yang baik semestinya lahir dari ketulusan. Tetapi, Injil hari ini menunjukkan bahwa ketulusan saja tidak cukup. Hari ini Yesus mengemukakan perlunya kita menghidupi keutamaan lain, yaitu totalitas. Di antara orang-orang yang memasukkan persembahan di Bait Allah, pasti ada banyak orang yang tulus. Atau mungki sebagian besar tulus memberi.
Tetapi, berapa banyak yang memberi “seluruhu nafkahnya”? Berapa banyak yang terhitung yang dulu kira-kira berapa banyak yang bisa diberikan tanpa mengganggu keuangan keluarga? Di sinilah keutamaan janda miskin yang dipuji oleh Yesus. Janda itu memberikan seluruh nafkahnya.
Di antara umat yang memasukkan persembahan di gereja, berapa banyak yang memberi ‘seluruh nafkahnya’? Berapa banyak yang hanya bersemanga minimalis dalam memberi? Persembahan yang diberikan bisa saja tulus tetapi minimalis. Tentu saja kita tetap harus memperhitungkan kebutuhan keluarga setiap hari supaya tidak terbengkelai. Tetapi, bukankah persembahan kepada Allah bukan hanya soal uang? Dengan cara dan pilihan kita masing-masing, apakah kita sudah memberi persembahan yang tulus dan total kepada Allah?
Yesus menantang kita untuk berani memberi bukan hanya tulus, tetapi tulus dan maksimal.
Tuhan Yesus, jauhkanlah aku semangat cinta diri agar setiap langkah hidupku selalu menjadi persembahan yang terbaik bagi-Mu. Amin.
Renungan Harian ini diambil dari Buku “Ziarah Batin 2017”, Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.