Rom 8:12-17
Luk 13:10-17
BELAS-KASIH
Sdr..
Shakespeare pernah menulis sebagai berikut, “Iba hati adalah belas-kasih, dan belas-kasih yang tulus adalah tanda kebangsawanan sejati”. Belaskasih memang suatu kualitas insani. Akan tetapi, belaskasih yang nampak dalam diri orang yang baik dan murah hati sesungguhnya pantulkan belaskasih Allah sendiri yang dianugerahkanNya kepada manusia, dengannya manusia dapat peduli dan perhatikan sesamanya yang lemah dan menderita. Karena itu juga, bagi orang Kristen, belaskasih bukanlah sekedar kualitas insani belaka, melainkan juga kualitas ilahi, sebagai salah satu buah Roh. Melalui Roh itu, kita peroleh prinsip hidup baru, yang tidak hanya tempatkan kita dalam relasi baru dengan Allah sehingga kita dapat berseru kepadaNya, “Abba, ya Bapa” (Rom 8:15), melainkan juga berikan kita kekuatan baru untuk berbelaskasih kepada sesama. Inilah belaskasih yang gerakkan Yesus untuk sembuhkan seorang wanita “yang sakit karena kerasukan roh sampai bungkuk punggungnya” selama delapan belas tahun (Luk 13:11). Anehnya, menyaksikan hal itu, kaum Farisi bukannya kagum dan bersyukur; sebaliknya mereka malah persalahkan Yesus, hanya karena karya belaskasih itu dilakukan Yesus pada hari Sabath. Sementara itu, mereka sendiri justru sering langgar aturan hari Sabath, bahkan hanya untuk selamatkan binatang peliharaan mereka yang terancam hidupnya. Ironis memang.
Sdr…Allah yang adalah Kasih itu telah anugerahkan kita hati untuk mencintai dan berbelaskasih, terutama belaskasih dan cinta kepada sesama manusia yang menderita, justru karena manusia adalah gambar dan rupa Allah sendiri. Sayangnya, sering kita tidak manfaatkan anugerah itu sebagaimana mestinya. Atau jika kita menggunakannya, kita malah menggunakannya secara keliru, karena tidak sesuai dengan kehendak asali Allah. Misalnya, ada orang memang punya hati, kepedulian dan belaskasih, tetapi bukannya untuk perhatikan sesamanya yang menderita dan malang, melainkan lebih untuk binatang atau tanaman peliharaannya. Mungkin akan terasa lucu dan aneh, kalau ada orang yang rela lakukan dan korbankan apa saja untuk senangkan, bahagiakan atau selamatkan binatang kesayangannya, tetapi sama sekali tidak punya kasih, perhatian dan kepedulian terhadap sesamanya yang menderita dan yang butuh pertolongan. Atau, mungkin akan terdengar lebih ironis lagi, jika ada sementara orang yang justru merasa terganggu, bahkan benci dan marah, jika saksikan orang-lain berbuat baik dan berbelaskasih kepada sesamnya yang menderita. Akan tetapi, bukankah hal semacam itulah yang pernah dilakukan kaum Farisi zaman Yesus dahulu tatkala menyaksikan Yesus berbelas-kasih dan berbuat baik kepada orang yang sakit dan menderita? Mudah-mudahan hal semacam itu tidak kita ulangi lagi, sekarang dan di sini, di dunia kita dewasa ini. Amin!!!
Kredit Foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.